Window Dressing Tiba! Ini 5 Saham Langganan Pembawa Cuan

Jakarta, CNBC Indonesia – Desember kental dengan fenomena window dressing. Saham-saham unggulan (blue chip) pun biasanya menjadi buruan para manajer investasi di bulan tersebut.

Secara sederhana, window dressing mengacu pada strategi dari manajer investasi untuk meningkatkan performa portfolio sebelum disajikan kepada klien atau pemegang saham.

Read More

Logikanya, para manajer investasi masuk secara besar-besaran di penghujung tahun ke saham-saham top holding-nya semata demi harganya naik sehingga portofolio sang fund manager terlihat memiliki kinerja yang apik.

Menurut data historis, Desember adalah bulannya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Ini karena kinerja bulanan IHSG di bulan tersebut selalu positif setidaknya selama 20 tahun terakhir (2002-2021).

Kinerja Bulanan IHSG di Desember Periode 2002-2021


























Tahun

Return

2002

8.84%

2003

12.12%

2004

2.30%

2005

6.02%

2006

5.04%

2007

2.14%

2008

9.17%

2009

4.91%

2010

4.88%

2011

2.88%

2012

0.95%

2013

0.42%

2014

1.50%

2015

3.30%

2016

2.87%

2017

6.78%

2018

2.28%

2019

4.79%

2020

6.53%

2021

0.73%

Max

12.12%

Min

0.42%

Median

4.05%

Rata-rata

4.42%

Menurut data di atas, median tingkat pengembalian (return) bulanan IHSG di Desember mencapai 4,05%. Return tertinggi tercatat pada Desember 2003 dengan kinerja mencapai 12,12%.

Sementara, kinerja IHSG terendah selama Desember tercatat pada 2013 yang hanya membukukan return 0,42%.

Secara umum, IHSG memang menghijau di bulan Desember. Akan tetapi, saham-saham apa saja yang rutin membawa cuan di bulan terakhir ini?

Menurut data yang diolah Tim Riset CNBC Indonesia, setidaknya ada 5 saham blue chip dengan nilai kapitalisasi pasar (market cap) di atas Rp100 triliun yang memiliki track record apik selama Desember.

Kelimanya adalah duo emiten bank kakap ‘penguasa’ IHSG, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), emiten telekomunikasi BUMN PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM).

Kemudian, dua emiten Grup Astra, PT Astra International Tbk (ASII) dan PT United Tractors Tbk (UNTR).

Nama-nama di atas merupakan heavyweight alias saham ‘kelas berat’ lantaran memiliki market cap jumbo.

BBCA dan BBRI, misalnya, menjadi dua saham emiten dengan market cap terbesar di bursa, masing-masing Rp1.103 triliun dan Rp735 triliun per sesi I perdagangan Selasa (29/11/2022).

TLKM dan ASII juga memiliki market cap terbesar, berada di peringkat keempat dan keenam, secara berturut-turut Rp397 triliun dan Rp246 triliun.


Foto: Tabel
Tabel

Mengutip data di atas, saham TLKM memiliki data historis paling ciamik karena punya probabilitas menguat selama Desember sampai 90%.

Selama Desember di 2012-2021 atau 10 tahun belakangan, TLKM hanya turun pada Desember 2013. Sisanya, kinerja saham pelat merah tersebut berhasil win streak alias sukses naik selama Desember selama 9 kali beruntun.

Hanya saja memang, dari sisi rata-rata return bulanannya, TLKM menjadi yang paling kecil di antara empat saham lainnya, yaitu 2,6% selama Desember dalam 10 tahun terakhir.

Sementara, ASII memiliki rata-rata kenaikan tertinggi selama Desember, yakni 4,8%.

Secara umum, kelima saham di atas memiliki probabilitas naik yang tinggi, yakni mencapai 80%.

Apabila melihat tren harga, saham BBCA yang memiliki tren kenaikan paling kokoh.

Per penutupan Selasa (29/11), harga saham BBCA berada di Rp8.975/saham, setelah sempat menyentuh level tertinggi sepanjang masa (ATH) pada Senin (28/11) di harga Rp9.025/saham.

Di harga penutupan tersebut, secara teknikal, harga saham BBCA berada di atas sejumlah level pergerakan rerata (MA) penting, seperti MA 20, MA 50, MA 100, hingga pergerakan yang lebih panjang MA 200.

Secara historis, BBCA juga sukses naik 8 kali selama Desember dalam 10 tahun terakhir dengan probabilitas kenaikan 80%. Rerata kenaikannya pun terbilang menarik, sebesar 4,2%.

Lebih lanjut, arus dana investor asing (net buy) juga masuk ke saham BBCA, dengan nilai Rp139,73 miliar selama sepekan di pasar reguler. Dalam sebulan, asing membukukan net buy Rp315,19 miliar.

Hanya saja, yang perlu diperhatikan, investor mungkin berpotensi melakukan aksi ambil untung (profit taking) setelah saham BBCA menyentuh ATH pada Senin lalu.

Masuknya arus dana asing memang kerap ditunggu ke saham-saham di muka lantaran turut mampu menggerakkan harga saham.

Ini yang juga menjadi modal untuk saham BBRI yang mengalami net buy asing Rp1,12 triliun dalam sepekan.

Sejurus dengan itu, kinerja saham BBRI tumbuh 5,66% dalam periode yang sama.

Geliat kenaikan tersebut juga terlihat dari reli kenaikan saham BBRI selama 5 hari perdagangan beruntun.

Saham BBRI sebenarnya memiliki tren kenaikan yang cukup kuat, ditandai dengan pergerakan harga saham di atas sejumlah MA yang penting.

Hanya saja, dalam grafik harian, MA 100 berada di bawah MA 200, menandakan tren saham BBRI tidak sekuat, katakanlah, seperti saham BBCA.

Di samping BBCA-BBRI, kendati memiliki fundamental yang kokoh dan prospek cemerlang, saham ASII dan TLKM masih tertekan akhir-akhir ini.

Kinerja saham ASII turun 2,81% dalam sepekan dan merosot 7,98% dalam sebulan. Sementara, saham TLKM merosot 9,95% dalam sebulan dan minus 7,44% dalam 6 bulan belakangan.

Investor asing juga rajin melakukan penjualan bersih (net sell) di ASII-TLKM. Dalam sepekan, asing melakukan net sell sebesar Rp117,62 miliar di ASII dan Rp129,46 miliar di TLKM di pasar reguler.

Adapun dalam sebulan, asing juga ‘cabut’ dengan nilai jual bersih Rp678,73 miliar di ASII dan senilai Rp2,97 triliun di TLKM.

Namun, seperti kata orang bijak, selalu ada kesempatan di setiap kesempitan.

Maksudnya, dengan tren yang kurang menarik tersebut, setidaknya modal catatan kinerja historis selama Desember dan valuasi yang masih menarik bisa membuat investor menimbang-nimbang melirik ASII dan TLKM.

Singkatnya, kinerja masa lalu bisa menjadi pedoman awal bagi investor yang ingin mencari saham langganan window dressing. Dengan catatan, tetap melihat sejumlah indikator penting lainnya demi kesuksesan berinvestasi.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Sempat Menguat di Sesi 1, IHSG Hari Ini Ditutup Melemah

(trp/trp)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts