Wall Street Merah, IHSG Tunggu Booster Data Neraca Dagang

Jakarta, CNBC Indonesia – Awal pekan ini, pasar keuangan Tanah Air Indeks ramai-ramai berakhir di zona merah. Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah nyaris 1%. Rupiah gagal menjaga momentum setelah sukses melibas dolar Amerika Serikat (AS) pekan lalu, serta imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) juga ditutup bervariasi.

Read More

Indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut turun 0,98% pada penutupan perdagangan Senin (14/11) kemarin. Namun masih mampu bertahan di level 7.000, tepatnya berakhir di posisi 7.019,392.

Pelemahan IHSG hari ini selaras dengan pergerakan mayoritas bursa utama Asia lainnya yang juga berakhir di zona merah, kecuali indeks acuan bursa Hong Kong dan Singapura. Hari ini tidak terdapat banyak sentimen positif yang mampu menopang IHSG karena investor masih menunggu sejumlah data makroekonomi penting yang akan dirilis pekan ini.

Selain itu, investor domestik tampaknya juga masih menunggu kick-off KTT G20 yang secara resmi dimulai besok. Kemarin perhelatan B20 resmi berakhir, dengan Elon Musk dan bos bursa kripto terbesar dunia Binance Changpeng Zhao (CZ) masih tidak mampu mengerek gairah pasar.


Nilai transaksi IHSG kemarin mencapai Rp 12,71 triliun dan melibatkan 25,46 miliar saham dab berpindah tangan 1,43 juta kali. Investor asing juga tercatat melakukan aksi jual bersih (net sell) senilai Rp 1,12 triliun di pasar reguler.

Aksi jual asing utamanya terjadi di saham blue chip, dengan empat saham paling terdampak secara berurutan dari yang terbesar adalah Telkom Indonesia (TLKM), Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Astra Internasional (ASII) dan Bank Negara Indonesia (BBNI). Diperberat aksi jual asing keempat saham kompak ditutup melemah, masing-masing ambles lebih dari 1,50%.

Sementara itu dua emiten batu bara menjadi yang paling diminati asing dengan net buy terbesar yakni Adaro Minerals (ADMR) dan Harum Energy (HRUM).

Selanjutnya Mata uang Garuda juga keok melawan dolar dan berakhir melemah 0,16% ke Rp 15.515/US$, meskipun sempat terapresiasi pada awal perdagangan.

Rupiah tampaknya masih kekurangan tenaga, mengingat pelemahan ini terjadi kala indeks dolar AS yang mengukur kinerja si greenback terhadap enam mata uang dunia lainnya, juga terpantau melemah 1,65% di posisi 106,42 pada pukul 15.00 WIB.


Terakhir harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup bervariasi pada perdagangan kemarin. Investor cenderung memburu SBN tenor pendek, ditandai dengan turunnya imbal hasil (yield) SBN tenor 5 dan 10 tahun. Sementara itu yoeld SBN tenor 15 dan 20 tahun naik yang berarti investor melepas kepemilikan di surat berharga tersebut. Adapun SBN tenor 30 tahun relatif tidak mengalami perubahan signifikan atau terpantau stagnan.

Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts