Jakarta, CNBC Indonesia – Harga minyak mentah dunia ditutup melesat pada penutupan perdagangan Jumat (15/9/2023) melanjutkan trend kenaikan selama sepekan karena terbatasnya pasokan dan optimisme China.
Pada hari Jumat harga minyak mentah WTI ditutup terapresiasi 0,68% di posisi US$ 90,77 per barel, begitu juga dengan minyak mentah brent ditutup naik 0,25% di posisi US$ 93,93 per barel. Sehingga dalam sepekan harga minyak mentah WTI berhasil melejit 3,73%, dan minyak mentah brent melesat 3,62%.
Harga minyak mencapai level tertinggi dalam 10 bulan pada hari Jumat dan membukukan kenaikan mingguan ketiga karena terbatasnya pasokan yang dipicu oleh pengurangan produksi di Arab Saudi dikombinasikan dengan optimisme seputar permintaan China untuk meningkatkan harga minyak mentah.
Harga minyak juga berada di jalur kenaikan kuartalan terbesar sejak invasi Rusia ke Ukraina pada kuartal pertama tahun 2022.
Foto: reuters
|
Kekhawatiran pasokan terus menjadi pendorong harga minyak sejak Arab Saudi dan Rusia bulan ini mengumumkan perpanjangan pengurangan pasokan gabungan sebesar 1,3 juta barel per hari hingga akhir tahun 2023. Data output industri dan penjualan ritel yang lebih baik dari perkiraan di China juga telah mendorong harga minyak pada minggu ini, dengan kondisi ekonomi negara tersebut dianggap penting untuk permintaan minyak selama sisa tahun ini.
Data pada hari Jumat menunjukkan pemrosesan kilang minyak China meningkat hampir 20% dari tahun sebelumnya karena prosesor mempertahankan tingkat kinerja yang tinggi untuk memanfaatkan tingginya permintaan global terhadap produk minyak.
Ekspektasi produksi minyak AS yang moderat juga telah mendorong harga minyak dalam beberapa pekan terakhir. Pertumbuhan pasokan dari AS tampaknya terbatas karena produsen di AS telah menurunkan aktivitas pengeboran hampir 20% dari puncak tahun lalu.
Jumlah rig minyak AS bertambah dua minggu ini menjadi 515, terbesar sejak April, data dari perusahaan jasa ladang minyak Baker Hughes menunjukkan pada hari Jumat. Namun, dibandingkan tahun lalu, jumlah rig minyak turun 84 unit.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Minyak Dapat Kabar Baik dari AS, Namun Ada Halangan di China
(saw/saw)
Sumber: www.cnbcindonesia.com