Tercuan Sedunia, Investor Malah Tekan Pemain Batu Bara Ini

Jakarta, CNBC Indonesia – Sejumlah investor di perusahaan tambang raksasa global, Glencore, memaksa pengungkapan yang lebih komprehensif atas rencana produksi batu bara perusaaahn tersebut. Tekanan ini datang kala Glencore mencatatkan kinerja cemerlang dan menjadi perusahaan tambang paling menguntungkan di dunia.

Read More

Sekelompok pemegang saham termasuk Legal & General Investment Management (LGIM) dan Manajemen Aset HSBC telah mengajukan resolusi yang meminta perincian tentang tanggapan perusahaan terkait dampak iklim. Investor tersebut akan melakukan pemungutan suara pada pertemuan tahunan Glencore bulan Mei mendatang.

Resolusi tersebut meminta “pengungkapan tentang bagaimana proyeksi produksi batubara termal perusahaan sejalan dengan tujuan perjanjian Paris. . . untuk membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5C.” Selain itu investor juga meminta informasi tentang belanja modal untuk tambang batu bara.

Glencore adalah penambang batubara termal paling menguntungkan di dunia. Namun, perusahaan sebelumnya telah mengadopsi target iklim yang pada akhirnya akan mengekang operasi batu baranya.

Artinya, Glencore, yang merupakan salah satu produsen batu bara terbesar dunia, kini akan berkomunikasi dengan pemegang saham terbesarnya untuk mempertimbangkan perubahan strateginya dan memberikan pembaruan dalam enam bulan ke depan.

“Kami akan terus melibatkan pemegang saham dalam Rencana Aksi Transisi Iklim kami untuk memastikan pandangan mereka dipahami sepenuhnya [oleh perusahaan],” kata Glencore dalam sebuah pernyataan.

Cuan Besar, Tapi Kok Malah Ditekan?

Divisi batu bara Glencore sangat menguntungkan tahun lalu – menyumbang US$ 8,9 miliar untuk pendapatan perusahaan selama semester pertama saja, dan meningkatkan retun laba dan dividen pemegang saham ke rekor tertinggi.

Bisnis batu bara Glencore berkembang pesat karena perusahaan menghasilkan jenis batu bara termal berkualitas tinggi yang digunakan di pembangkit listrik Eropa.

Tetapi pemegang saham malah kurang senang dengan pencapaian tersebu dan telah mengajukan pertanyaan tentang bagaimana bisnis batu bara sesuai dengan rencana iklimnya, yang mencakup ambisi untuk mengurangi emisi langsung dan tidak langsung sebesar 50% pada tahun 2035 dibandingkan level tahun 2019.

Para pemegang saham yang mendukung resolusi baru ini memiliki dana kelolaan kolektif sebesar US$ 2,2 triliun dan termasuk di dalamnya adalah LGIM, HSBC, Vision Super dan Ethos Foundation yang berbasis di Swiss.

Glencore memperkirakan akan memproduksi sekitar 110 juta ton batu bara per tahun selama periode 2023-2025, sama dengan levelnya pada tahun 2022.

Perusahaan telah mengatakan akan membatasi produksi batu bara sebesar 150 juta ton per tahun tetapi belum menetapkan target tahunan spesifik setelah 2025.

Kekhawatiran atas produksi batu bara Glencore juga muncul pada RUPST tahun lalu, ketika hampir seperempat pemegang saham memberikan suara menentang rencana aksi iklim perusahaan.

Penentangan tersebut memicu dikeluarkannya tinjauan yang diterbitkan pada bulan Oktober lalu, di mana Glencore mengatakan akan menerbitkan lebih banyak detail dalam laporan iklim yang akan datang pada bulan Maret.

Emisi langsung dan tidak langsung Glencore pada tahun 2021 berjumlah 280 juta ton setara karbon dioksida – tingkat yang sama dengan emisi Spanyol.

Perusahaan memiliki misi jangka pendek untuk mengurangi emisi langsung dan tidak langsung sebesar 15% dibandingkan level 2019 pada tahun 2026 dan mencapai emisi nol bersih pada tahun 2050.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Kebijakan Jokowi Segera ‘Suntik Mati’ PLTU, Tepatkah?

(fsd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts