Susah Terbang Tinggi, GIAA ARB Hingga Cetak Rekor Terendah

Jakarta, CNBC Indonesia – Saham emiten maskapai BUMN yakni PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) terpantau sudah menyentuh level terendahnya sepanjang masa (all time low/ATL) pada perdagangan sesi I Senin (16/1/2023).

Read More

Per pukul 10:07 WIB, saham GIAA terpantau ambles 6,9% ke posisi harga Rp 108/saham. Saham GIAA pun sudah menyentuh ARB pada pagi hari ini.

Dengan ini, maka saham GIAA sudah menyentuh level all time low (ATL). Adapun, Garuda harga penawaran perdana saham GIAA saat itu mencapai Rp 750/saham.

Sebelum ambles hingga menyentuh ATL dan mencatatkan ARB hingga 9 kali, saham GIAA sempat menyentuh auto reject atas (ARA) sekali yakni pada perdagangan 3 Januari lalu atau setelah suspensi saham GIAA resmi dibuka oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).

Saham GIAA sudah ditransaksikan sebanyak 457 kali dengan volume sebesar 6,04 juta lembar saham dan nilai transaksinya sudah mencapai Rp 652,81 juta.

Hingga pukul 10:07 WIB, ada 4,75 juta lot antrian jual di harga Rp 108/saham. Adapun di order bid atau beli, belum ada antrian yang tercantum kembali, menandakan bahwa saham GIAA sudah menyentuh ARB.

Potensi perbaikan kinerja pada 2023 belum cukup menopang harga saham GIAA. Padahal banyak sentimen positif terhadap maskapai penerbangan BUMN tersebut.

Salah satunya adalah penghargaan dari OAG Flightview. Lembaga riset independen asal Inggris tersebut menempatkan Garuda sebagai maskapai dengan tingkat ketepatan waktu terbaik yakni 95,36% melalui anugerah The Most Punctual Global Airline.

Meski begitu, manajemen Garuda saat ini tengah berfokus pada rencana bisnis (business plan) perseroan dan profitabilitas perseroan.

Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra meyakini perseroan dapat mencatatkan pertumbuhan kinerja secara operasional. Meski tidak menyebutkan target secara detail, pertumbuhan jumlah penumpang GIAA akan optimal pada 2023.

Dia menjelaskan, Garuda memproyeksikan akan memaksimalkan sejumlah outlook rencana strategis korporasi, di antaranya melalui penambahan kapasitas alat produksi GIAA. Pada 2023 ini, GIAA menargetkan dapat mengoperasikan sedikitnya 66 armada, di luar armada yang dimiliki sebanyak 6 armada.

Selain itu, Garuda juga akan terus memaksimalkan strategi pengembangan jaringan berbasis hub strategis, dengan memperkuat konektivitas penerbangan menuju destinasi penerbangan dengan permintaan penumpang yang tinggi dari sejumlah hub penerbangan strategis di Indonesia, di antaranya Jakarta, Denpasar, Makassar, hingga Kualanamu atau Medan.

Sanggahan: Berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli atau menjual saham terkait. Keputusan investasi sepenuhnya ada pada diri anda, dan CNBC Indonesia tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Garuda Mendadak Untung Rp57 T, Kok Bisa Sih?

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts