Jakarta, CNBC Indonesia – Bulan November akan segera berakhir dalam hitungan hari dan masuk ke bulan Desember. Bagi pelaku pasar bulan terakhir di penghujung tahun selalu dinanti-nanti karena ada fenomena yang sering disebut dengan window dressing.
Istilah window dressing sendiri mengacu pada strategi dari manajer investasi untuk meningkatkan performa portfolio sebelum disajikan kepada klien atau pemilik dana. Istilah ini melekat pada akhir tahun, tapi tidak menutup kemungkinan terjadi pada akhir kuartal.
Para manajer investasi masuk secara besar-besaran di penghujung tahun ke saham-saham top agar harganya naik sehingga portofolio sang fund manager terlihat memiliki kinerja yang apik pada penutupan periode.
Biasanya saham-saham yang menjadi incaran dari fenomena ini adalah saham-saham yang masuk kategori blue chip.
Sejarah mencatat, kinerja bulanan IHSG di setiap bulan Desember selalu positif. Sejak tahun 2002-2021 atau dalam kurun waktu 20 tahun terakhir, IHSG tak pernah jatuh ke zona merah.
Median return bulanan IHSG di Desember mencapai 4,05%. Return tertinggi tercatat pada Desember 2003 dengan kinerja mencapai 12,12%.
Sementara itu kinerja IHSG terendah di bulan Desember tercatat pada tahun 2013 yang hanya membukukan return 0,42%. Kala itu sedang ada yang namanya tapering atau normalisasi kebijakan moneter AS.
Tahun
|
Return
|
2002
|
8.84%
|
2003
|
12.12%
|
2004
|
2.30%
|
2005
|
6.02%
|
2006
|
5.04%
|
2007
|
2.14%
|
2008
|
9.17%
|
2009
|
4.91%
|
2010
|
4.88%
|
2011
|
2.88%
|
2012
|
0.95%
|
2013
|
0.42%
|
2014
|
1.50%
|
2015
|
3.30%
|
2016
|
2.87%
|
2017
|
6.78%
|
2018
|
2.28%
|
2019
|
4.79%
|
2020
|
6.53%
|
2021
|
0.73%
|
Max
|
12.12%
|
Min
|
0.42%
|
Median
|
4.05%
|
Average
|
4.42%
|
Nah, kinerja IHSG di tahun 2021 juga kurang memuaskan karena hanya memberikan gain sebesar 0,73%. Untuk tahun 2022 tampaknya memang agak sedikit berat untuk IHSG melaju kencang lagi.
Kalau dilihat-lihat, IHSG cenderung membentuk pola konsolidasi di kisaran level 7.000-7.100 belakangan ini. Apalagi secara momentum, sentimen di pasar masih diwarnai dengan kebijakan bank sentral AS yang agresif menaikkan suku bunga acuan dan rupiah yang tertekan.
Bagaimanapun juga peluang IHSG menguat sebenarnya masih terbuka. Namun tampaknya pelaku pasar belum bisa berharap terlalu banyak window dressing akhir tahun ini akan mengangkat kinerja IHSG secara signifikan.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Nggak Peduli Asing Kabur, IHSG ke Level Psikologis 7.000
(trp)
Sumber: www.cnbcindonesia.com