Soal Ini, Jokowi Cetak Rekor Lewati Capaian 5 Presiden RI!

Jakarta, CNBC Indonesia – Transaksi berjalan mencetak rekor baru pada tahun ini. Untuk pertama kalinya dalam 42 tahun, transaksi berjalan Indonesia mencatatkan surplus sebesar US$ 13,22 miliar.

Bila disandingkan dengan Produk domestik Bruto (PDB), transaksi berjalan pada tahun ini setara dengan 1% dari PDB. Catatan tersebut menjadi yang terbaik sejak 2009 (1,97% dari PDB).

Pada kuartal IV-2022, transaksi berjalan menyentuh US$ 4,27 miliar atau 1,3% dari PDB.



Catatan impresif transaksi berjalan ditopang oleh lonjakan ekspor. Perang Rusia-Ukraina yang meletus hampir setahun lalu melambungkan harga komoditas energi dan pangan.

Indonesia pun ketiban durian runtuh berkat lonjakan harga batu bara, minyak sawit mentah (CPO) dan nikel.

Ekspor barang tercatat US$ 292,55 miliar pada 2022 sementara impor tercatat US$ 229, 87 miliar. Dengan demikian, neraca ekspor impor barang mencatat surplus US$ 62,68 miliar.

Besaran ekspor ini membuat neraca transaksi berjalan menggemuk.

Transaksi berjalan tetap bengkak meskipun pada neraca ekspor impor jasa mencatatkan defisit yang besar yakni US$ 20,04 miliar. Nilai tersebut naik drastis dibandingkan pada 2021 yang tercatat US$ 14,6 miliar.

Rekor besar pada transaksi berjalan juga kembali menegaskan ketergantungan besar Indonesia terhadap komoditas.

Dalam sejarah Indonesia, hanya empat kali Indonesia mampu membukukan surplus transaksi berjalan di atas US$ 10 miliar yakni pada 2006,2007, 2010, dan 2022.

Jika dibandingkan PDB, transaksi berjalan Indonesia juga mencatat surplus tinggi pada booming komoditas (2005-2010).

Transaksi berjalan pada 2006 tercatat 2,98% dari PDB, pada 2007 tercatat 2,43%, dan pada 2009 tercatat 1,97% dari PDB.




Periode tersebut adalah masa-masa di mana Indonesia ketiban durian runtuh akibat booming komoditas.

Sebaiknya, saat komoditas jatuh, transaksi berjalan akan jatuh atau defisit. Contohnya adalah pada 2013-2019.

Rata-rata transaksi berjalan memang menembus 4,16% pada periode 1998-2003. Namun, tingginya transaksi berjalan lebih disebabkan oleh kecilnya impor.

Situasi ekonomi yang belum menentu pasca Orde Baru runtuh dan awal Era Reformasi membuat laju ekonomi belum bergerak cepat sehingga impor melandai.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Harap-Harap Cemas Menunggu Kebijakan China


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts