Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau melemah pada penutupan perdagangan sesi II Jumat (17/2/2023).
Per pukul 13:56 WIB, IHSG melemah 0,25% ke posisi 6.878,46. IHSG saat ini bergerak di rentang 6.868,28 – 6.919,09.
Beberapa saham menjadi pemberat laju pergerakan indeks pada perdagangan sesi I hari ini. Berikut saham-saham yang menjadi pemberat (laggard) IHSG hari ini.
Emiten | Kode Saham | Indeks Poin | Harga Terakhir | Perubahan Harga |
Bayan Resources | BYAN | -5,31 | 18.525 | -1,33% |
Sinar Mas Multiartha | SMMA | -4,90 | 11.850 | -5,95% |
Telkom Indonesia | TLKM | -4,87 | 3.740 | -0,80% |
Bank Rakyat Indonesia | BBRI | -2,45 | 4.850 | -0,41% |
Astra International | ASII | -2,35 | 5.675 | -0,44% |
Sumber: Refinitiv
Saham emiten batu bara dengan kapitalisasi pasar terbesar ketiga di bursa yakni PT Bayan Resources Tbk (BYAN) menjadi pemberat terbesar IHSG pada perdagangan sesi I hari ini yakni mencapai 5,33 indeks poin.
Sedangkan di posisi kedua, ada saham emiten jasa keuangan Grup Sinarmas yakni PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA) yang memberatkan indeks sebesar 4,91 indeks poin.
Terakhir, ada saham emiten ‘raja otomotif’ yakni PT Astra International Tbk (ASII) yang menahan laju pergerakan IHSG sebesar 3,55 indeks poin.
IHSG kembali terkoreksi setelah pasar melihat bahwa inflasi di AS kembali memanas dan data tenaga kerja AS juga masih cukup kuat.
Melansir CNBC International, indeks harga produsen (producer price index/PPI) AS per Januari lalu, yang menjadi indikator inflasi selain indeks harga konsumen (consumer price index/CPI) naik 0,7%.
Angka tersebut berada di atas ekspektasi ekonom yang disurvei Dow Jones sebesar 0,4%. Selain itu, data klaim pengangguran awal pada periode mingguan yang berakhir pada 11 Februari secara tak terduga mengalami penurunan.
Sementara itu, data klaim pengangguran mingguan untuk pekan yang berakhir 11 Februari turun menjadi 194.000 klaim, dari pekan sebelumnya sebesar 195.000 klaim. Angka ini juga lebih rendah dari prediksi pasar yang memperkirakan klaim bertambah menjadi 200.000.
Dengan turunnya data klaim pengangguran tersebut, maka dapat dikatakan bahwa data tenaga kerja di Negeri Paman Sam masih cukup kuat dan hal inilah yang membuat investor kembali khawatir bahwa inflasi di AS akan lebih sulit untuk turun, atau bahkan kembali naik.
Hal ini juga membuat pasar kembali berekspektasi bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) tidak akan mengubah sikap hawkish-nya dalam waktu dekat, selama inflasi kembali memanas dan data tenaga kerja masih cukup kuat.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
IHSG Emang Rebound, Tapi Saham Ini Sempat Jadi Pemberat
(chd/chd)
Sumber: www.cnbcindonesia.com