Jakarta, CNBC Indonesia – Mayoritas mata uang Asia, terutama Asia Tenggara, menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Rupiah sendiri tidak diperdagangkan hari ini seiring libur menjelang Idul Fitri.
Menurut data Refinitiv, dolar Singapura menguat 0,58% secara harian terhadap dolar AS, baht Thailand terapresiasi 0,29%, ringgit Malaysia +0,23%, peso Filipina +0,09%, dong Vietnam +0,09%, dan won Korea Selatan +0,08%.
Sementara, yen Jepang malah melemah -0,04%, yuan China -0,07%, dan dolar Taiwan -0,11%.
Sementara, bursa saham Asia-Pasifik bergerak beragam dalam pembukaan pasar Kamis. Ini seiring investor mencerna laporan kinerja keuangan sejumlah perusahaan AS (Wall Street).
Indeks Nikkei 225 Jepang naik 0,14%, Topix Jepang terangkat tipis 0,08 poin Hang Seng Hong Kong menguat 0,35%, Straits Times Index Singapura terapresiasi 0,13%.
Sementara, Shanghai Composite turun 0,35%, Kospi Korea Selatan melorot 0,48%, NIFTY 50 India terdepresiasi 0,23%. Adapun, indeks ASX 200 Australia menguat 0,07% pagi ini. Pasar saham Indonesia sendiri libur menjelang Idul Fitri.
Semalam, tiga indeks utama Wall Street berakhir beragam dan mayoritas berada di zona merah pada perdagangan Rabu (19/4) waktu New York di tengah penantian investor pada musim rilis laporan keuangan yang masih berlanjut.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup terkoreksi 0,23% ke posisi 323.897,01, sementara S&P 500 turun tipis 0,01% ke 4.154,52, dan Nasdaq Composite menguat tipis 0,03% menjadi 12.157,23.
Dalam waktu dekat, trader bersiap menyimak rapat sejumlah bank sentral dalam beberapa minggu ke depan seiiring meredanya kekhawatiran atas sektor perbankan membawa inflasi dan kebijakan moneter kembali menjadi fokus.
“Fokus jangka pendek bank sentral global dalam memerangi inflasi menjadi lebih rumit karena mereka sekarang dihadapkan pada tugas tambahan untuk menjaga stabilitas keuangan,” kata Thomas Poullaouec, kepala solusi multi-aset APAC di T. Rowe Price, dikutip Reuters (20/4).
Jajak pendapat Reuters terhadap para ekonom menunjukkan The Fed kemungkinan akan menaikkan suku bunga 25 basis poin (bps) pada Mei dan kemudian mempertahankan suku bunga stabil hingga sisa tahun ini. Pasar sendiri menakar peluang The Fed mengerek suku bunga sebesar 25 basis poin sebesar 83%, menurut alat CME FedWatch.
Retorika hawkish dari pejabat Fed berlanjut seiring Presiden The Fed New York John Williams mengatakan, tingkat inflasi masih pada tingkat bermasalah dan bank sentral AS akan bertindak untuk menurunkannya.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Efek Sentimen Ini, Ekonom Prediksi Rupiah Menguat Akhir 2023
(trp/trp)
Sumber: www.cnbcindonesia.com