Saham Milik Konglomerat ‘Lingkaran Istana’ Ini ARA Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga saham PT Cakra Buana Resources Energi Tbk (CBRE) kembali melesat dan tembus auto reject atas (ARA) di perdagangan hari kedua setelah listing.

Kurang dari satu jam perdagangan setelah dibuka, harga saham CBRE sudah melesat 34,48% ke Rp 195/saham dan langsung menyentuh level ARA. Hingga penutupan perdagangan sesi pertama hari ini, ada antrean beli di harga ARA sebanyak 532.687 lot.

Di hari kedua ini, saham CBRE bergerak di rentang Rp 140-195 per saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 36.357 kali dengan volume sebesar 317 juta lembar dan nilai transaksinya mencapai Rp 56 miliar.

Ini merupakan kali kedua saham CBRE tembus ARA sebelum sesi I berakhir. Pada perdagangan Senin (9/1/2023) kemarin, harga saham CBRE bahkan tembus ARA saat awal perdagangan berlangsung.

Untuk diketahui, CBRE merupakan salah satu dari jajaran emiten yang melantai di bursa di awal tahun. CBRE bergerak di sektor shipping yang terafiliasi dengan menantu Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yaitu Hapsoro Sukmonohadi alias Happy Hapsoro, yang juga dekat dengan para petinggi di pemerintahan serta Presiden.

Dalam aksi korporasinya, CBRE akan melepas 738 juta saham baru atas nama setara dengan 16,26% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Setiap 1 saham CBRE dihargai Rp 108 sehingga pendanaan yang diperoleh mencapai Rp 79,7 miliar.

Sebanyak 40% dari pendanaan akan digunakan untuk belanja modal (capital expenditure) dan sisanya untuk modal kerja.

Dalam dua hari perdagangan dan sejak IPO, nilai kapitalisasi pasar CBRE telah melesat 80,6% menjadi Rp 884,91 miliar. Antusiasme pelaku pasar terhadap CBRE masih tinggi setelah mengalami kelebihan pemesanan (oversubscribed) sebanyak 140 kali saat penawaran perdana saham (IPO).

Sanggahan: Berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli atau menjual saham terkait. Keputusan investasi sepenuhnya ada pada diri anda, dan CNBC Indonesia tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

[Gambas:Video CNBC]