Jakarta, CNBC Indonesia – Saham emiten perbankan berkapitalisasi paling ‘jumbo’ yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) terpantau kembali ambles pada awal perdagangan sesi I Jumat (6/1/2023).
Pada pukul 09:08 WIB, saham BBCA ambles 1,21% ke posisi harga Rp 8.150/unit. Saham BBCA pun mendekati level psikologis 8.000 hari ini.
Kondisi global yang masih dilanda ketidakpastian membuat investor masih melepas saham-saham perbankan besar, termasuk saham BBCA. Apalagi, dengan adanya proyeksi ekonomi global di tahun 2023 dari beberapa lembaga besar di dunia.
Sebelumnya, Dana Moneter International (International Monetary Fund/IMF) memprediksi bahwa sepertiga dari ekonomi dunia akan berada dalam resesi. Bahkan, tiga mesin utama ekonomi dunia yaki Amerika Serikat (AS), Uni Eropa, dan China juga dipredikisi ekonominya kembali melambat.
“Kami memperkirakan sepertiga dari ekonomi dunia akan berada dalam resesi,” kata Kristalina Georgieva, Direktur Pelaksana IMF kepada CBS, dikutip Reuters, Senin (2/1/2023).
“Tahun 2023 akan lebih sulit dari tahun lalu karena ekonomi AS, Uni Eropa dan China akan melambat”, pungkasnya.
Selain IMF, ada juga Bank of America, di mana ekonom memprediksi Negeri Paman Sam akan mengalami resesi di kuartal I-2023, saat produk domestik bruto (PDB) mengalami kontraksi 0,4%.
“Kabar buruknya di 2023, proses pengetatan moneter akan menunjukkan dampaknya ke ekonomi,” kata ekonom Bank of America, Savita Subramanian, sebagaimana dilansir Business Insider, akhir November lalu.
Sementara itu survei yang dilakukan Reuters pada November 2022 terhadap para ekonom menunjukkan kemungkinan resesi terjadi di Zona Euro sebesar 78%, naik dari survei Oktober 2022 sebesar 70%.
PDB Eropa di kuartal IV-2022 diperkirakan akan mengalami kontraksi 0,4%, begitu juga pada periode Januari – Maret 2022. Sehingga secara teknis disebut mengalami resesi pada 3 bulan pertama tahun ini.
Berdasarkan data Trading Economics, nilai perekonomian Uni Eropa pada 2021 sebesar US$ 17,2 triliun, sementara total perekonomian global sebesar US$ 96,5 triliun. Artinya, Uni Eropa sudah mewakili 17,8% dari total PDB global.
Meski ada ramalan buruk ekonomi global 2023 oleh IMF, tetapi sejatinya, ekonomi Indonesia masih cukup baik.
IMF menilai, Indonesia memiliki fundamental ekonomi yang kuat, sehingga mampu menghadapi gejolak ekonomi global dengan baik. Perekonomian Indonesia relatif lebih baik daripada negara-negara lain.
Indonesia diyakini akan melewati tahun dengan dengan posisi yang jauh lebih kuat daripada negara lain. IMF mempertahankan proyeksi ekonomi Indonesia untuk tahun ini sebesar 5,3%. Namun, memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dari 5,2% menjadi 5% pada 2023.
Indonesia Mission Chief, Asia and Pacific Department, IMF, Cheng Hoon Lim membenarkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lebih tinggi dibandingkan negara lain.
“Indonesia sangat beruntung mendapatkan keuntungan dari tingginya harga komoditas dan kuatnya permintaan eksternal,” ujar Lim dalam wawancara dengan CNBC Indonesia pada Oktober 2022, dikutip Minggu (1/1/2023).
Dari orderbook-nya, tercatat sudah ada 94.100 lot transaksi saham BBCA hingga pukul 09:08 WIB. Dari posisi order jual atau offer, tercatat sudah ada 2.041 lot antrian di harga Rp 8.175/unit. Sedangkan di posisi order beli atau bid, sudah ada 8.178 lot antrian di harga Rp 8.150/unit.
Sanggahan: Berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli atau menjual saham terkait. Keputusan investasi sepenuhnya ada pada diri anda, dan CNBC Indonesia tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Bank Digital Milik BCA Belum Akan IPO, Ini Alasannya
(chd)
Sumber: www.cnbcindonesia.com