Saat Inflasi AS Melandai Lagi, Yield SBN FOMO

Jakarta, CNBCIndonesia – Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup kompak menguat pada perdagangan Jumat (11/11/2022), setelah dirilisnya data inflasi Amerika Serikat (AS) periode Oktober 2022.

Read More

Investor kembali memburu SBN pada hari ini, ditandai dengan turunnya imbal hasil (yield) di seluruh tenor SBN acuan.

Melansir data dari Refinitiv, SBN tenor 5 tahun menjadi yang paling besar penurunan yield-nya pada hari ini, yakni merosot 25,1 basis poin (bp) ke posisi 6,91%.

Sedangkan, SBN berjangka waktu 30 tahun menjadi yang paling kecil penurunan yield-nya hari ini, yakni turun tipis 0,2 bp menjadi 7,548%.

Sementara untuk yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan (benchmark) negara juga melandai hingga 23,8 bp menjadi 7,081%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Sementara itu dari Amerika Serikat (AS), yield obligasi pemerintah (US Treasury) juga cenderung merosot pada pagi hari ini waktu AS.

Dilansir dari CNBC International, yield Treasury berjangka pendek yakni tenor 2 tahun turun melandai hingga 29,8 bp ke posisi 4,33%. Sedangkan yield Treasury benchmark tenor 10 tahun merosot 33,1 bp menjadi 3,811%.

Tingkat inflasi yang mengacu Indeks Harga Konsumen (IHK) AS naik hanya 0,4% pada Oktober dibandingkan dengan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm).

Sedangkan inflasi tahunan tercatat melandai ke 7,7% (year-on-year/yoy). Sementara untuk inflasi inti bertumbuh 0,3% (mtm) dan 6,3% (yoy).

Ini merupakan kenaikan tahunan terendah sejak Januari. Ekonom mengharapkan kenaikan 0,6% mtm dan 7,9% yoy.

“Suku bunga masih menjalankan segalanya di pasar,” kata Tim Courtney dari Exencial Wealth.

Inflasi sering dijadikan sinyal para investor kaitannya dalam kebijakan kenaikan suku bunga oleh bank sentral AS (0Federal Reserves/The Fed). Ketika inflasi saat ini mulai mendingin, ekspektasi bahwa The Fed akan mengurangi sifat hawkish-nya pun kembali mencuat.

Sesaat setelah pengumuman inflasi, para pelaku pasar memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bp, lebih rendah dari sebelumnya yakni 75 bp.

Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, probabilitas suku bunga naik 50 bp menjadi 4,25% – 4,5% pada Desember kini sebesar 90%, naik jauh dari hari sebelumnya 56%.

Meski demikian, Presiden The Fed wilayah San Fransisco, Mary Daly mengatakan data inflasi tersebut memang kabar bagus, tetapi masih jauh dari kemenangan.

Beberapa pejabat The Fed juga menyambut baik rilis inflasi tersebut, tetapi Presiden The Fed wilayah Dallas, Lorie Logan mengatakan suku bunga masih akan tetapi dinaikkan, meski dalam laju yang lebih lambat.

“Saya percaya mengendurkan laju kenaikan suku bunga akan tepat, jadi kita bisa menilai dengan lebih baik bagaimana perkembangan kondisi finansial dan ekonomi,” kata Logan.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Investor Lagi-Lagi Lepas SBN, Yield Kembali Menguat

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts