Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah berbagai stimulus mengatasi kelesuan ekonomi China serta sentimen yang terjadi dari dalam negeri.
Merujuk dari Refinitiv, rupiah dibuka melemah 0,03% terhadap dolar AS di angka Rp15.240/US$ pada hari Selasa (5/9/2023). Posisi rupiah hari ini merupakan yang terlemah sejak 29 Agustus 2023 serta merupakan pelemahan yang terjadi dalam tiga hari beruntun.
Pelemahan rupiah justru terjadi di tengah melemahnya dolar AS. Indeks dolar turun mi pelemahan di angka 104,19 atau turun dibandingkan kemarin yang ada di posisi 104,24.
Pelemahan rupiah terjadi di tengah kabar positif dan negatif dari China.
Stimulus perekonomian China telah mulai berjalan untuk memberikan momentum pertumbuhan yang sangat dibutuhkan dan meredakan risiko pembiayaan di sektor properti dan di tingkat pemerintah daerah.
Hal ini dapat tercapai dengan serangkaian langkah-langkah dukungan terbaru yang diperkenalkan untuk meningkatkan konsumsi rumah tangga serta menyelamatkan pasar properti.
Dilansir dari scmp.com, kebijakan terbaru yakni dengan melakukan cut rate bagi pemegang hipotek dan pemotongan pajak bagi keluarga dengan anak-anak dan kerabat lanjut usia. Pemotongan suku bunga hipotek ini diperkirakan akan mengurangi pengeluaran rumah tangga hingga miliaran yuan per tahun.
Kabar baik lainnya juga datang dari uang muka atau down payment untuk pembelian rumah pertama di China menjadi 20% dan rumah kedua menjadi 30%. Sebelumnya, uang muka rumah pertama minimal 30% dan rumah kedua sebesar 40%.
Bunga kredit kepemilikan rumah (KPR) untuk rumah baru dipangkas hingga 40 percentage points.
Lima bank besar China pada Jumat (2/9/2023) juga sepakat untuk memangkas bunga deposito di kisaran 10-25 bps. ICBC, China Construction Bank,dan Agricultural Bank of China adalah beberapa dari bank yang sepakat memangkas bunga deposito.
Bank sentral China (PBoC) juga dikabarkan akan memangkas persyaratan rasio minimum kepemilikan mata uang asing (RRR) di perbankan hingga 200 bps menjadi 4% mulai 15 September.
Stimulus tersebut diharapkan bisa membantu 40 juta warga China yang ingin membeli rumah serta mendongkrak kredit KPR hingga CNY 25 triliun atau sekitar US$3 triliun.
Selain itu, China juga melaporkan PMI Manufacturing naik dari sebelumnya 49,2 pada Juli menjadi 51 pada Agustus. Artinya, aktivitas manufaktur China kembali ekspansi. PMI China juga ada di level tertingginya sejak Februari 2023 atau lima bulan terakhir.
Namun, di sisi lain, aktivitas jasa China jeblok. Tiongkok hari ini melaporkan jika aktivitas jasa mereka turun ke 51,8 pada Agustus, terendah dalam delapan bulan. Aktivitas jasa menurun karena permintaan yang terus melandai.
Sedangkan dari dalam negeri, perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN yang akan berlangsung mulai hari ini (5/9/2023) hingga 7 September 2023 menjadi sorotan publik termasuk investor.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) hari ini secara resmi akan membuka KTT ASEAN ke-43 sekaligus memimpin sidang pleno. Beliau juga akan membuka membuka ASEAN-Indo-Pacific Forum.
Sebelas pemimpin ASEAN akan hadir dalam KTT untuk membahas sejumlah agenda penting di bidang ekonomi hingga politik. ASEAN juga akan menggelar serangkaian KTT bersama negara mitra mulai dari Jepang, China, Amerika Serikat, hingga Korea Selatan pada Rabu (6/9/2023).
Keketuaan Indonesia pada tahun ini sangat penting di tengah kembali panasnya geopolitik di Eropa ataupun China-Amerika Serikat.
Indonesia juga memegang Keketuan setelah dunia menjalani periode normal kembali usai dihantam pandemi Covid-19.
Peran Indonesia dalam mengawal ASEAN juga sangat penting untuk tahun ini karena Asia Tenggara kini diharapkan menjadi salah satu motor ekonomi dunia setelah ekonomi negara maju lesu.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Rupiah Menguat ke Rp 14.750/USD, Efek Investor “Buang” Dolar?
(rev/rev)
Sumber: www.cnbcindonesia.com