gep-indonesia.org

Rupiah, Liar Lagi dan Melemah Lagi!

Jakarta, CNBC Indonesia – Nilai tukar rupiah kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (3/1/2022). Pergerakan liar pun terjadi lagi di awal perdagangan.

Rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,1%, kemudian berbalik menguat 0,19%. Tetapi tidak bertahan lama, rupiah berbalik melemah lagi dan mengakhiri perdagangan di Rp 15.595/US$, melemah 0,16% di pasar spot.

Kemarin Mata Uang Garuda bergerak liar, sempat menguat hingga 0,55% di awal perdagangan tetapi malah berakhir melemah tipis 0,03%.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO RESUME CONTENT

Pergerakan seperti itu sering terjadi tahun lalu, menjadi indikasi kuatnya dolar AS. Maklum saja, bank sentralnya (The Fed) sangat agresif menaikkan suku bunga dan ada risiko resesi dunia 2023. Dalam kondisi tersebut, dolar AS yang menyandang status safe haven tentunya menjadi primadona.

Selain itu perdagangan masih sepi memasuki tahun baru, hawa liburan masih terasa. Saat volume perdagangan rendah, maka pergerakan liar kerap kali terjadi.

Pelaku pasar kini juga menanti rilis notula rapat kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed) edisi Desember lalu untuk melihat arah kebijakan ke depannya.

“Kita akan melihat petunjuk yang bisa menentukan seberapa besar kenaikan suku bunga pada Februari” kata analis dari Citi, sebagaimana dilansir Reuters.

The Fed pada bulan lalu mengendurkan laju kenaikan suku bunga menjadi 50 basis poin, setelah empat kali beruntun menaikkan masing-masing 75 basis poin.

Analis dari Citi memperkirakan bank sentral paling powerful di dunia tersebut akan kembali menaikkan sebesar 50 basis poin bulan depan.

Sementara itu ada kabar baik dari dalam negeri. &P Global kemarin melaporkan purchasing managers’ index (PMI) manufaktur Indonesia naik menjadi 50,9 pada Desember 2022, naik dari bulan sebelumnya 50,3.

PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Di bawahnya berarti kontraksi, di atasnya adalah ekspansi.

Artinya, di penghujung 2022 sektor manufaktur Indonesia meningkatkan ekspansinya.

Laporan tersebut juga menunjukkan peningkatan demand membuat output produksi meningkat, begitu juga dengan aktivitas pembelian serta perekrutan tenaga kerja.

“PMI Desember menunjukkan peningkatan kondisi sektor manufaktur Indonesia pada akhir 2022. Laju ekspansi output dan penjualan yang lebih cepat bersama dengan meredanya tekanan kenaikan harga menjadi perkembangan yang bagus, meski kenaikan produksi dan demand masih lemah,” kata Jingyi Pan, Economics Associate Director at S&P Global Market Intelligence dalam rilisnya Senin pagi.

Jingyi juga melihat kenaikan harga output turun ke level terendah sejak Mei 2021, menunjukkan tekanan harga ke konsumen sudah melambat dan akan mendukung kenaikan demand ke depannya.

Sektor manufaktur merupakan salah satu penopang utama pertumbuhan ekonomi Indonesia berdasarkan lapangan usaha. Kontribusinya terhadap prodik domestik bruto (PDB) lebih dari 17%, menjadi yang tertinggi disusul oleh pertambangan dan penggalian sekitar 13,5% pada kuartal III-2022.

Dengan PMI manufaktur yang mempercepat laju ekspansinya, tentunya menjadi kabar bagus dan berpeluang terus berlanjut di tahun ini, mengingat ada Tahun Baru Imlek, dan China perlahan mulai melonggarkan lockdown.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Terkapar Lawan Dolar AS, Rupiah Dekati Level Rp 15.600/USD

(pap/pap)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Exit mobile version