Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah stagnan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah suku bunga acuan Bank Indonesia tidak mengalami perubahan dan suku bunga AS pun ditahan di level yang sama.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup stagnan 0,00% terhadap dolar AS di angka Rp15.370/US$ pada hari Jumat (22/9/2023). Namun begitu, di tengah perdagangan, rupiah sempat melemah hingga titik tertinggi Rp15.393/US$. Sedangkan secara mingguan, pekan ini rupiah ditutup melemah sebesar 0,13%.
Sementara indeks dolar AS (DXY) pada Jumat (22/9/2023) pukul 14.56 WIB, tercatat DXY naik di angka 105,55 dibandingkan penutupan perdagangan pada Kamis (21/9/2023) yang berada di posisi 105,36.
Pada Kamis (21/9/2023), Bank Indonesia (BI) telah memutuskan untuk kembali menahan suku bunganya pada posisi 5,75% untuk periode September 2023, di mana BI telah menahan suku bunga acuannya selama sembilan bulan terakhir. Hal ini juga sudah sesuai dengan ekspektasi pasar dan konsensus yang dihimpun dari CNBC Indonesia.
“Keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini sebagai konsistensi kebijakan moneter untuk memastikan inflasi tetap rendah dan terkendali dalam kisaran sasaran 3 plus minus 1% pada 2023 dan menurun menjadi 2,5 plus minus 1% pada 2024,” ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung di Jakarta, Kamis (21/9/2023).
Tingginya suku bunga BI ini salah satunya akibat masih tingginya suku bunga bank sentral AS hingga capital outflow pun terjadi dan memberikan tekanan bagi rupiah.
Kendati demikian, Kepala Ekonom BCA David Sumual memandang ruang bagi BI untuk mulai menurunkan suku bunga acuannya adalah pada kuartal-II 2023, atau sekitar Maret dan April. Terutama bila The Fed sudah mengakhiri tren suku bunga tingginya setelah betul-betul merealisasikan kenaikan Fed Fund Rate pada November 2023.
Sementara Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menegaskan BI masih perlu waktu cukup panjang untuk mempertahankan suku bunga moneternya di level 5,75%. Terutama untuk mengimbang suku bunga The Fed yang baru mencapai puncaknya pada November 2023 demi menjaga sentimen aliran modal global ke dalam negeri.
Sementara itu, Ekonom Bank Danamon Irman Faiz memperkirakan suku bunga BI dalam waktu dekat belum bisa dilonggarkan. Ia menganggap, paling cepat suku bunga BI akan dilonggarkan pada awal semester-II 2024, setelah bank sentral AS (The Fed) menurunkan suku bunganya.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
BI Punya Senjata Baru, Rupiah Terbang ke Level Terbaik 8 Hari
(rev/rev)
Sumber: www.cnbcindonesia.com