Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan menyentuh level psikologis Rp15.400/US$. Hal ini terjadi setelah bank sentral AS (The Fed) merilis suku bunganya dini hari tadi.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah tercatat melemah 0,16% terhadap dolar AS ke level Rp15.400/US$ dan sempat menyentuh titik tertingginya di angka Rp15.410/US$ atau tertinggi sejak 10 Maret 2023.
Indeks dolar AS (DXY) pada pukul 10.05 WIB tercatat berada di posisi 105,64 atau tertinggi sejak 30 November 2022 ini menjadi tekanan nilai tukar rupiah semakin terpuruk.
Pada Kamis (21/9/2023), The Fed menetapkan untuk menahan suku bunga acuannya di level 5,25-5,50%. Hal ini sudah sesuai dengan perkiraan pasar sebelumnya, di mana mereka memperkirakan The Fed akan kembali menahan suku bunga acuannya.
Kendati penahanan suku bunga The Fed sesuai ekspektasi pasar, namun survei perangkat CME Fedwatch menunjukkan bahwa 28,4% The Fed akan menaikkan suku bunganya sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,50-5,75%.
Hal ini menunjukkan bahwa The Fed mengindikasikan akan tetap mempertahankan sikap hawkish-nya setidaknya hingga akhir tahun ini yang berarti ketidakpastian di pasar masih bisa meningkat dan akan menekan laju pergerakan rupiah.
Sementara pada siang hari ini, Bank Indonesia (BI) akan merilis hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) perihal suku bunganya. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia pun memproyeksi bank sentral RI akan menahan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR). Dari 11 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus, semuanya memperkirakan BI akan menahan suku bunga di level 5,75%.
Sebagai informasi, suku bunga sebesar 5,75% sudah berlaku sejak Januari tahun ini atau delapan bulan terakhir. BI mengerek suku bunga sebesar 225 bps dari 3,50% pada Juli 2022 menjadi 5,75% pada Januari tahun ini.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Rupiah Perkasa, Akhirnya Dolar Say Good Bye Rp 15.300
(rev/rev)
Sumber: www.cnbcindonesia.com