Rejeki Nih! Dolar AS Loyo, Rupiah Lebih Bergairah Pekan Ini

Jakarta, CNBC Indonesia – Mata uang rupiah sepanjang pekan ini terpantau cukup menggembirakan karena dapat melawan dolar Amerika Serikat (AS) yang cenderung lesu pada pekan ini dan kini rupiah diperdagangkan di bawah level Rp 15.000/US$.

Read More

Melansir dari Refinitiv pada pekan ini, rupiah menguat 0,6% secara point-to-point (ptp) dihadapan dolar AS. Namun pada perdagangan Jumat (3/2/2023), rupiah ditutup turun 0,1% ke Rp 14.890/US$. Meski begitu, rupiah masih berada di bawah level psikologis US$ 15.000/US$.

Rupiah yang cerah diakibatkan oleh dolar AS yang sedang lesu sepanjang pekan ini. Indeks dolar, yang mengukur pergerakan dolar AS terhadap enam mata uang utama lainnya, merosot 0,96% sepanjang pekan ini.

Dolar AS yang cenderung lesu dan rupiah yang sedang kuat terjadi karena didukung oleh kenaikan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang sudah sesuai dengan prediksi pasar.

Sebelumnya pada Rabu siang waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia, The Fed menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bp) ke kisaran 4,5% – 4,75%.

Hal ini berarti The Fed kembali memperlambat laju kenaikan setelah sebelumnya menaikkan 50 bp pada Desember 2022 dan 75 basis pada empat pertemuan sebelumnya.

Namun, The Fed tidak memberikan indikasi jeda yang akan datang dalam kenaikan suku bunga. Ketua The Fed, Jerome Powell mengatakan bahwa kebijakan perlu tetap restriktif untuk beberapa waktu dan bahwa para pejabat akan memerlukan bukti yang jauh lebih banyak untuk yakin bahwa inflasi berada di jalur yang menurun ke target 2%.

“Komite mengantisipasi bahwa kenaikan berkelanjutan dalam kisaran target akan sesuai untuk mencapai sikap kebijakan moneter yang cukup ketat guna mengembalikan inflasi menjadi 2 persen dari waktu ke waktu,” kata The Fed dalam pernyataannya, Rabu (1/2/2023) siang waktu setempat.

Para pejabat The Fed telah mengatakan bahwa data inflasi Oktober, November dan Desember 2022 yang stabil merupakan berita yang disambut baik. Namun mereka masih perlu menantikan lebih banyak data lagi, terutama terkait data ketenagakerjaan.

Selain ditopang oleh kenaikan suku bunga The Fed yang sudah sesuai dengan prediksi, data inflasi RI yang kembali melandai juga menopang rupiah pada pekan ini.

Pada Rabu lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi tahunan pada Januari 2023 mencapai 5,28% (year-on-year), lebih rendah dari Desember 2022 yang mencapai 5,51%.

Bahkan, laju inflasi tahunan ini jauh menurun dari titik puncak inflasi pada September 2022, sebesar 5,95%.

Kepala BPS, Margo Yuwono mengatakan bahwa inflasi tahunan mulai menurun pasca kenaikan harga BBM pada tahun lalu.

“Jadi di Januari ini ada pelemahan secara year-on-year jika dibandingkan kondisi Desember,” kata Margo dalam konferensi pers, Rabu (1/2/2023) lalu.

Dari catatan CNBC Indonesia, inflasi yang meroket pada September 2022 lalu sempat membuat Presiden Joko Widodo panik, hingga mengerahkan semua pejabat dari pemerintah pusat dan daerah untuk mengurus momok mengerikan ini.

Namun, upaya pemerintah dengan lembaga terkait akhirnya dapat mengendalikan inflasi dengan baik, sehingga inflasi per bulan lalu berhasil melandai kembali, meski masih berada di atas target pemerintah.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Terkapar Lawan Dolar AS, Rupiah Dekati Level Rp 15.600/USD

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts