Polandia Dihantam Rudal, ‘Efeknya’ Sampai ke Bursa Asia

Jakarta, CNBC Indonesia – Mayoritas bursa Asia-Pasifik terpantau terkoreksi pada perdagangan Rabu (16/11/2022). Pada pukul 14:40 WIB, hanya indeks Nikkei 225 Jepang dan Straits Times Singapura yang terpantau masih menguat pada siang hari ini. Nikkei menguat 0,14%, sedangkan Straits Times naik tipis 0,05%.

Read More

Sedangkan sisanya terpantau melemah. Indeks Hang Seng Hong Kong melemah 0,44%, Shanghai Composite China terkoreksi 0,45%, ASX 200 Australia terpangkas 0,27%, KOSPI Korea Selatan turun 0,12%, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terdepresiasi 0,55%.

Koreksi terjadi di tengah adanya kabar bahwa sebuah rudal menghantam Polandia, Selasa malam waktu setempat, di mana Polandia sendiri merupakan negara anggota NATO.

Mengutip Reuters, ini terjadi pasca Rusia melakukan rentetan serangan ke kota-kota Ukraina kemarin waktu setempat. CNBC International menulis ada sedikitnya 85 rudal yang ditembakkan Rusia.

“Dua orang tewas dalam ledakan di sebuah desa Polandia dekat perbatasan dengan Ukraina pada Selasa,” kata petugas pemadam kebakaran setempat.

Sebelumnya, ada isu bahwa rudal tersebut berasal dari Rusia. Namun pihak Rusia membantah bahwa rudal tersebut berasal dari negaranya.

Bahkan, pasca hantaman rudal tersebut, negara-negara yang tergambung dalam G7 melakukan rapat darurat pada Rabu pagi, saat perhelatan KTT G20 sedang berlangsung.

Namun, seorang pejabat Amerika Serikat (AS) telah melakukan temuan awal pada siang hari ini bahwa rudal tersebut bukan berasal dari Rusia, melainkan dari Ukraina.

Dalam keterangannya yang dimuat sejumlah media barat, ABC mengutip Associated Press (AP), rudal itu disebutkan ditembak Kyiv guna menghalau tembakan rudal dari Rusia.

“Temuan awal menunjukkan rudal yang menghantam Polandia ditembakkan oleh pasukan Ukraina ke arah rudal Rusia yang masuk,” muat media itu, dikutip Rabu (16/11/2022).

Cenderung melemahnya bursa asia juga terjadi di tengah cerahnya kembali bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street pada perdagangan Selasa kemarin, setelah laporan lain mengisyaratkan bahwa inflasi bisa melambat lebih cepat, menghidupkan kembali optimisme investor.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup naik 0,147%, S&P 500 menguat 0,87%, dan Nasdaq Composite melesat 1,45%.

Inflasi di tingkat produsen (Indeks Harga Produsen/IHP) di AS naik 0,2% secara bulanan (month-to-month/mtm) untuk periode Oktober, lebih landai dari perkiraan konsensus yang semula mengharapkan kenaikan 0,4%.

Sedangkan secara tahunan (year-on-year/yoy), IHP Negeri Paman Sam pada bulan lalu melandai sedikit menjadi 8%, dari sebelumnya pada September lalu sebesar 8,4%.

Laporan tersebut menjadi data penunjang krusial setelah indeks harga konsumen (IHK) pekan lalu menunjukkan tanda-tanda tekanan inflasi mulai mereda pada bulan lalu, yang berkontribusi pada reli tajam pasar ekuitas AS pada pekan lalu.

“Data IHP tentu menambah lebih banyak bahan bakar bagi investor yang merasa AS mungkin akhirnya berada pada tren penurunan inflasi,” kata Mike Loewengart, analis dari Morgan Stanley, dilansir CNCB International.

“Pasar merespons penurunan konsumen minggu lalu dan reaksi awal hari ini tampaknya kurang lebih sama,” tambahnya.

Narasi inflasi puncak terlihat mendapatkan daya tarik di antara para investor di pasar, tetapi batasan untuk angkanya masih tinggi bagi bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk dapat berbalik arah secara cepat.

Selain kondisi makro yang mulai membaik di AS, pasar modal juga mendapat dorongan dari jabat tangan antara Presiden China, Xi Jinping dengan Presiden AS, Joe Biden.

Hal ini karena pasar merespons positif pertemuan kedua pemimpin negara ekonomi terbesar dunia tersebut dengan harapan hubungan yang lebih stabil antara AS dan China setelah kepulangan dari KTT G20 di Bali, Indonesia.

Biden dan Xi berusaha untuk menghentikan hubungan bilateral yang kian suram antara Washington dan Beijing, menginstruksikan para pejabat untuk melanjutkan pembicaraan yang macet tentang prioritas global utama.

Meski demikian, kedua negara tersebut juga ikut mengakui adanya sederet ketidaksepakatan mendalam yang dapat mengganggu upaya tersebut.

Biden muncul dari pertemuan tersebut dengan memproyeksikan optimisme namun tetap berhati-hati, dengan China juga mengirimkan sinyal kesediaan baru dari Beijing untuk ikut serta berdiskusi secara aktif dengan AS.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Kode Keras Buat IHSG, Bursa Asia Melesat!

(chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts