Jakarta, CNBC Indonesia – Nilai tukar rupiah menguat cukup tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) Kamis kemarin, meski sebelumnya sempat menyentuh rekor terlemah di 2022. Penguatan tersebut berpeluang berlanjut di perdagangan terakhir tahun ini, Jumat (30/12/2022) melihat sentimen pelaku pasar yang cukup bagus.
Di awal perdagangan Kamis, rupiah sempat merosot ke Rp 15.760/US$, yang merupakan rekor terlemah tahun ini, sekaligus sejak April 2020. Tetapi di penutupan Mata Uang Garuda sukses bangkit dan menguat 0,29% ke Rp 15.655/US$.
Sentimen pelaku pasar yang membaik terlihat dari bursa saham AS (Wall Street) yang menguat pada perdagangan Kamis waktu setempat. Jika bursa saham Asia dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga menguat, ada peluang rupiah juga ikut perkasa.
Secara teknikal, rupiah masih tertahan di atas Rp 15.450/US$, yang akan menjadi kunci pergerakan.
Level tersebut merupakan Fibonacci Retracement 38,2%, yang ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.
Rupiah yang disimbolkan USD/IDR juga kembali ke atas rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50) yang tentunya memberikan tekanan lebih besar.
Indikator Stochastic pada grafik harian mulai keluar dari wilayah jenuh beli (overbought).
Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv
|
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Support terdekat berada di kisaran Rp 15.640/US$ – Rp 15.630/US$. Jika ditembus, rupiah berpeluang menguat menuju Rp 15.600/US$ – Rp 15.590/US$
Sementara selama tertahan di atas support, ada risiko rupiah melemah ke Rp 15.700/US$ atau lebih tinggi lagi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Terkapar Lawan Dolar AS, Rupiah Dekati Level Rp 15.600/USD
(pap/pap)
Sumber: www.cnbcindonesia.com