Penjualan Ritel Kuat, Wall Street Takut Inflasi Gagal Turun

Jakarta, CNBC Indonesia – Tiga indeks utama Wall Street kompak dibuka melemahpada perdagangan Rabu (16/11) pagi waktu New York. Pelemahan di awal perdagangan terjadi setelah data penjualan ritel yang lebih kuat dari perkiraan membuat investor Kembali khawatir terhadap jalur kenaikan suku bunga yang akan diambil The Fed pada pertemuan selanjutnya.

Read More

Dow Jones Industrial Average dibuka turun 0,1%. S&P 500 terdepresiasi 0,5% dan indeks padat teknologi Nasdaq anjlok 1,3%.

Investor mencoba memastikan seberapa tangguh konsumen dan bisnis terhadap tekanan harga dan biaya pinjaman yang tinggi. Data hari Rabu menunjukkan penjualan ritel AS pada Oktober naik 1,3% dari bulan sebelumnya, di atas konsensus pasar yang memperkirakan kenaikan 1,2%.

The Fed telah secara agresif menaikkan suku bunga tahun ini untuk memperlambat perekonomian. Namun sejauh ini, belanja konsumen tetap relatif kuat, sementara suku bunga yang lebih tinggi membutuhkan waktu untuk mempengaruhi perekonomian.

Presiden The Fed Kansas City Esther George memperingatkan bahwa bank sentral mungkin tidak dapat mendinginkan inflasi tanpa menyebabkan resesi. Data produksi industri yang baru dirilis menunjukkan aktivitas yang melambat, menambah kekhawatiran bahwa bisnis padat modal sedang berjuang untuk menghadapi suku bunga yang lebih tinggi.

laporan triwulanan dari peritel AS telah menawarkan gambaran yang lebih samar.

Emiten pengelola jaringan supermarket Target pada hari Rabu mengatakan pelanggan tokonya mulai mengerem pengeluaran pada kuartal terakhir di tengah prospek ekonomi yang memburuk. Saham perusahaan turun 15%. Pernyataan tersebut kontras dengan hasil yang lebih optimis dari peritel Lowe’s, yang melaporkan penjualan lebih kuat dari perkiraan dan meningkatkan ekspektasi di masa depan, didorong oleh belanja perbaikan rumah. Saham naik 4,5%.

Mencerminkan ketakutan akan melemahnya ekonomi, pasar obligasi AS memperpanjang inversinya-salah satu indikator utama resesi Wall Street. Selisih antara yield Treasury Note 10 tahun dan dua tahun yang biasanya positif telah turun menjadi negatif 0,633 poin persentase, mendekati laju selisih inversi paling tajam sejak 1982.

Imbal hasil pada obligasi AS 10-tahun turun menjadi 3,732%, dari semula 3,798% pada Selasa malam. Hasil pada obligasi dua tahun, yang lebih sensitif terhadap ekspektasi suku bunga jangka pendek, tidak berubah di 4,359%.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Wall Street Memerah, IHSG Tertahan di Bawah Level 7.000-an

(fsd/fsd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts