Pasca Cetak Rekor Terlemah 2022, Rupiah Balik Menguat!

Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah sukses membalikkan keadaan melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (29/12/2022). Di awal perdagangan, rupiah jeblok hingga mencatat rekor terlemah tahun ini.

Read More

Melansir data Refinitiv, rupiah mampu menguat 0,29% ke Rp 15.655/US$ di pasar spot. Ini menjadi kali pertama rupiah mampu menguat setelah sebelumnya melemah dalam 4 hari beruntun.

Di awal perdagangan rupiah merosot hingga 0,38% ke Rp 15.760/US$ yang menjadi rekor rekor terlemah tahun ini, sekaligus sejak sejak April 2020.

Tidak hanya melawan dolar AS, berhadapan dengan dolar Singapura rupiah bahkan mencatat rekor terlemah sepanjang sejarah.

Dolar Singapura pagi ini menyentuh Rp 11.688/SG$, yang menjadi rekor tertinggi sepanjang masa. Sepanjang tahun ini, dolar Singapura tercatat menguat lebih dari 10%.

Beberapa analis bahkan memprediksi ke depannya dolar Singapura masih akan menguat lagi.

Divya Davesh, Asia FX Strategist Standard Chartered Bank, memprediksi MAS mungkin tidak lagi mengetatkan kebijakannya di tahun depan, tetapi tidak juga akan dilonggarkan. Sebab Inflasi masih akan tinggi.

Kondisi tersebut membuat dolar Singapura masih akan unggul di regional. Apalagi, dolar Singapura diperkirakan akan banyak menarik carry trade, strategi transaksi di pasar valuta asing dengan meminjam di negara dengan bunga rendah, dan menginvestasikannya di negara dengan bunga yang lebih tinggi.

“Kami memperkirakan dolar Singapura masih akan unggul di regional, didukung oleh daya tariknya sebagai carry trade,” kata Divya, sebagaimana dilansir The Daily Stars, Selasa (27/12/2022)

Menariknya carry trade di Singapura juga menjadi salah satu yang membuat rupiah menderita.

Bank Indonesia sebenarnya juga sudah menaikkan suku bunga acuannya beberapa kali, tetapi belum mampu mendongkrak kinerja rupiah. Tirisnya pasokan valuta asing (valas) khususnya dolar AS di dalam negeri menjadi tekanan bagi rupiah. Padahal neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus 31 bulan beruntun.

Ditengarai para eksportir menempatkan dolar AS mereka di Singapura. Sebabnya, suku bunga deposito valas di Singapura lebih tinggi ketimbang di Indonesia.

Data Bahana Sekuritas menunjukkan bunga deposito denominasi dolar AS di bank-bank Singapura kini jauh lebih tinggi dibandingkan bank dalam negeri.

Kondisi ini merupakan anomali dan hampir tidak pernah terjadi pada 12 tahun terakhir. Pengecualian terjadi pada 2018 di mana pada tahun tersebut The Fed mengumumkan kebijakan moneter ketatnya.

Dalam kondisi normal, bunga deposito simpanan dolar AS di bank Indonesia akan lebih tinggi 2% dibandingkan bunga di bank Singapura.Kondisi ini berbanding terbalik dengan yang terjadi saat ini.

Sejak awal 2022, bank-bank Singapura dengan cepat menaikkan bunga simpanan mereka sejalan dengan kenaikan suku bunga acuan di Singapura dan di AS.

Deposito dolar AS UOB untuk tenor 1 bulan, misalnya, naik dari kisaran 0% pada Januari 2022 meloncat ke 4,4%. Sementara itu, bunga penjaminan valas LPS bergerak dari 0,25% pada Januari 2022 menjadi 1,75%.

Ketika valas di Indonesia pindah ke Negeri Merlion, maka rupiah menjadi sulit menguat melawan dolar AS maupun dolar Singapura.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Terkapar Lawan Dolar AS, Rupiah Dekati Level Rp 15.600/USD

(pap/pap)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts