Jakarta, CNBC Indonesia – Harga batu bara belum juga bangkit. Pada perdagangan Senin (9/1/2023), harga batu kontrak Februari di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 364,05 per ton. Harganya melemah 1,21% dibandingkan perdagangan hari terakhir pekan lalu, Jumat (6/1/2023).
Pelemahan ini memperpanjang tren negatif harga batu bara menjadi dua hari terakhir. Dalam dua hari terakhir, harga batu bara sudah melemah 2,14%.
Dalam sepekan, harga batu bara masih menguat 1,48% secara point to point. Dalam sebulan, harga batu bara jeblok 4,2% sementara dalam setahun melesat 115,3%.
Terus melemahnya batu bara disebabkan oleh memadainya pasokan serta berkurangnya permintaan dari Eropa. Namun, proyeksi kenaikan permintaan dari Asia diharapkan bisa menopang harga ke depan. Faktor ini mencegah batu bara turun terlalu tajam.
Permintaan dari Eropa berkurang drastis sejalan dengan memadainya pasokan gas serta cuaca yang lebih hangat selama musim dingin.
Sejumlah wilayah Eropa bahkan mencetak rekor suhu terhangat sepanjang sejarah musim dingin. Polandia, Denmark, Ceko, Belanda, Belarusia, Lithuania, dan Latvia mencatatkan suhu di kisaran 16-19 derajat Celcius.
Hanganya cuaca musim dingin ini membuat penggunaan listrik untuk penghangat ruangan berkurang drastis sehingga permintaan gas ataupun batu bara pun melandai.
Jika permintaan batu bara dari Eropa diproyeksikan terus turun maka sebaliknya terjadi di Asia.
Permintaan batu bara dari India dan China kemungkinan naik. Pelonggaran kebijakan Covid di China diharapkan berdampak besar kepada permintaan batu bara dari Tiongkok.
Keputusan China untuk kembali mengimpor batu bara dari Australia juga akan mengerek harga batu bara jenis kokas.
Dari India, Kementerian Kelistrikan mereka sudah meminta utilitas untuk mengimpor 6% dari kebutuhan batu bara mereka sampai September 2023.
Impor harus segera dilakukan untuk mengantisipasi krisis listrik serta naiknya permintaan sejalan dengan pemulihan ekonomi.
Produksi listrik dari pembangkit batu bara India naik 15,03% pada Desember 2022 menjadi 98.443 juta units (MU). India menggantungkan 76,6% produksi listriknya kepada pembangkit batu bara.
Pasokan batu bara domestik hingga September diperkirakan mencapai 392 juta ton. Namun, angkanya bisa berkurang drastis karena permintaan.
“Permintaan energi naik drastis dan diperkirakan bisa melonjak pada pertengahan 2023-2024,” tulis Kementerian Listrik India melalui surat kepada utilitas, dikutip dari CNBCTV18.com.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Kabar Gembira Bos! Harga Batu Bara Melesat 2% Lebih
(mae/mae)
Sumber: www.cnbcindonesia.com