Neraca Dagang RI Surplus Lagi, Tapi Investor Tetap Buru SBN

Jakarta, CNBCIndonesia – Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup menguat pada perdagangan Selasa (15/11/2022), meski neraca perdagangan RI kembali surplus pada Oktober lalu.

Read More

Mayoritas investor kembali memburu SBN pada hari ini, ditandai dengan turunnya imbal hasil (yield) di hampir seluruh tenor SBN acuan. Hanya SBN tenor 15 tahun yang cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan naiknya yield.

Melansir data dari Refinitiv, yield SBN tenor 15 tahun naik 1,1 basis poin (bp) ke posisi 6,99% pada perdagangan hari ini.

Sementara untuk yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan (benchmark) negara kembali turun 3 bp menjadi 7,028%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis neraca perdagangan Indonesia yang kembali mencetak surplus pada Oktober 2022 mencapai US$ 5,67 miliar. Ekspor Indonesia pada Oktober 2022 tumbuh 12,30% (year-on-year/yoy) menjadi US$ 24,81 miliar.

Dibandingkan bulan sebelumnya ada kenaikan sebesar 0,13%. Sementara impor mencapai US$ 19,14 miliar. Tumbuh 17,44% (yoy), namun kontraksi 3,40% dibandingkan bulan sebelumnya.

“Impor Indonesia pada Oktober 2022 mencapai US$ 19,14miliar,” ungkap Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa (Disjas) BPS, Setianto dalam konferensi pers, Selasa (15/11/2022).

Sementara itu,Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia terus mengalami penurunan. Pada akhir September 2022, ULN tercatat sebesar 394,6 miliar dolar AS. Lebih rendah dibandingkan Agustus yang tercatat US$ 397,4 miliar atau akhir kuartal II-2022 yang sebesar 403,6 miliar dolar AS.

“Perkembangan tersebut disebabkan oleh penurunan ULN sektor publik (Pemerintah dan Bank Sentral) maupun sektor swasta,” tulis Bank Indonesia (BI) dalam siaran pers, Selasa (15/11/2022).

Secara tahunan, posisi ULN triwulan III 2022 mengalami kontraksi sebesar 7,0% (yoy), lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi pada triwulan sebelumnya yang sebesar 2,9% (yoy).

Sementara itu dari Amerika Serikat (AS), yield obligasi pemerintah (US Treasury) juga cenderung melandai pada pagi hari ini waktu AS, karena pasar menunggu rilis angka indeks harga produsen AS bulan Oktober dan mereka juga masih mencerna komentar pembicara bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Dilansir dari CNBC International, yield Treasury berjangka pendek yakni tenor 2 tahun melandai 6,6 bp ke posisi 4,342%. Sedangkan yield Treasury benchmark tenor 10 tahun merosot 7,1 bp menjadi 3,796%.

Investor di AS menanti rilis data inflasi dari sisi produsen (indeks harga produsen/IHP) periode Oktober 2022. IHP mencerminkan inflasi grosir dengan mengukur bagaimana harga yang dibayarkan kepada produsen untuk barang dan jasa.

Pasar berharap bahwa data akan memberikan kejelasan lebih lanjut tentang apakah inflasi secara keseluruhan mendingin, setelah angka inflasi dari sisi konsumen (indeks harga konsumen/IHK) yang dirilis pada Kamis lalu mengisyaratkan hal ini.

Gubernur The Fed, Christopher Waller menyerukan bahwa data pekan lalu hanya bagian dari gambaran yang lebih besar dan poin data lainnya harus dipertimbangkan sebelum menarik kesimpulan apa pun.

Dia juga mengindikasikan bahwa The Fed akan mempertimbangkan untuk memperlambat kenaikan suku bunga, tetapi jeda untuk menaikan suku bunga tidak akan segera terjadi.

Sementara menurut Wakil Ketua The Fed, Lael Brainard juga mengisyaratkan potensi perlambatan kenaikan suku bunga dalam pernyataan yang dibuat pada Senin kemarin.

Investor telah mengikuti komentar pembicara The Fed dengan cermat karena ketidakpastian tentang kebijakan masa depan bank sentral dan kekhawatiran tentang laju kenaikan suku bunga yang menyebabkan ekonomi AS ke dalam resesi terus berlanjut.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Investor Mulai Memburu Kembali SBN, Yield-nya Melandai

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts