Mayoritas Investor Masih Getol Buru SBN, Yieldnya Turun Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup menguat pada perdagangan Selasa (22/11/2022), di tengah meningkatnya kembali risiko pasar global pada hari ini.

Read More

Mayoritas investor ramai memburu SBN pada hari ini, ditandai dengan turunnya imbal hasil (yield) di hampir seluruh tenor SBN acuan. Hanya SBN tenor 30 tahun yang cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan naiknya yield.

Melansir data dari Refinitiv, SBN tenor 30 tahun naik 2,2 basis poin ke posisi 7,508% pada perdagangan hari ini.

Sementara untuk yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan (benchmark) kembali menurun 4,5 bp menjadi 7,029%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Di pasar lelang SBN, investor asing kembali memburu SBN atau Surat Utang Negara (SUN) pada hari ini, di mana jumlah penawaran asing mencapai Rp 6,4 triliun.

Pada lelang tersebut, pemerintah menerima penawaran sebesar Rp 30,32 triliun. Jumlah tersebut adalah yang tertinggi dalam lima lelang terakhir.

Dari penawaran yang masuk, pemerintah menyerap utang sebesar Rp 15,20 triliun. Jumlah tersebut juga menjadi yang tertinggi sejak 13 September 2022 atau dalam lima lelang terakhir.

Penyerapan utang hari ini memenuhi target indikatif yang ditetapkan yakni Rp 10-15 triliun.

Penawaran dari investor asing pada lelang hari ini menembus Rp 6,40 triliun. Jumlah tersebut naik hampir dua kali lipat dibandingkan lelang sebelumnya yang tercatat Rp 3,62 triliun.

Jumlah tersebut juga naik tiga kali lipat dibandingkan pada lelang sebulan sebelumnya yakni 27 September 2022 sebesar Rp 1,7 triliun.

Dari total penawaran Rp 6,4 triliun yang datang dari investor asing, pemerintah menyerap utang sebesar Rp 3,68 triliun. Jumlah tersebut menjadi yang tertinggi dalam tujuh lelang terakhir.

Lelang SUN sempat tidak dilirik asing pada periode pertengahan September hingga awal November. Kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed) secara agresif membuat real rate antara surat utang pemerintah Indonesia dan AS menipis.

Investor memilih berinvestasi di US Treasury pada saat itu.

Namun kini, investor mulai perlahan kembali membeli surat utang Indonesia setelah Bank Indonesia (BI) kembali mengerek suku bunga secara agresif sebesar 175 bp dalam empat bulan terakhir. Suku bunga BI kini menjadi 5,25%.

Sementara itu dari AS, yield obligasi pemerintah (US Treasury) juga cenderung melandai pada hari ini, di mana investor masih menimbang komentar dari para pejabat The Fed terkait kebijakan suku bunga acuan kedepannya.

Dilansir dari CNBC International, yield Treasury berjangka pendek yakni tenor 2 tahun turun 3 bp ke posisi 4,496%. Sedangkan yield Treasury benchmark tenor 10 tahun melandai 3,4 bp menjadi 3,793%.

Investor mencari sinyal lebih lanjut dari bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) tentang kenaikan suku bunga di masa depan.

Saat ini, investor terus memantau pesan dari pejabat The Fed, setelah pekan lalu ketika mereka menilai kembali optimisme karena adanya kemungkinan perlambatan inflasi. Pada hari ini, mereka akan memantau pidato dari Presiden The Fed St. Louis, James Bullard.

Sebelumnya, pejabat The Fed seakan terbelah, di mana ada yang menyerukan bahwa kenaikan suku bunga dapat dikurangi, tetapi di pihak lainnya masih ada yang bersikap hawkish.

Pada Senin kemarin, Presiden The Fed Cleveland, Loretta Mester menegaskan kembali bahwa kenaikan suku bunga akan berlanjut, tetapi mungkin lebih kecil ke depannya.

Ketika pejabat The Fed tidak kompak, maka investor seakan dibuat bingung oleh mereka karena menyebabkan prospek kebijakan suku bunga The Fed seakan tidak pasti.

Namun pada pertemuan Desember mendatang, pasar memprediksi The Fed akan kembali menaikkan suku bunga acuannya.

Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, probabilitas suku bunga naik 50 basis poin (bp) menjadi 4,25% – 4,5% pada Desember kini sebesar 71,1%, sementara naik 25 bp menjadi 4,5% – 4,75% sebesar 28,9%.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Awal Pekan Yield SBN Beragam, Tenor 10 Tahun Turun 6,3 bp

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts