Mayoritas Bursa Asia Menguat, Kecuali Shanghai China

Jakarta, CNBC Indonesia – Mayoritas bursa Asia-Pasifik kembali dibuka di zona hijau pada perdagangan Kamis (31/8/2023), jelang rilis data aktivitas manufaktur China periode Agustus 2023.

Read More

Per pukul 08:30 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang menguat 0,49%, Hang Seng Hong Kong bertambah 0,53%, Straits Times Singapura naik 0,11%, dan ASX 200 Australia naik tipis 0,02%.

Sedangkan untuk indeks Shanghai Composite China melemah 0,15% dan KOSPI Korea Selatan terkoreksi 0,3%.

Dari China, data aktivitas manufaktur yang tergambarkan pada Purchasing Manager’s Index (PMI) versi NBS periode Agustus akan dirilis pada hari ini.

PMI Manufaktur China pada Agustus diperkirakan di posisi 49,4 pada Juli. Angka tersebut hanya naik 1 poin dari posisi sebelumnya sebesar 49,3.

Meskipun diprediksi naik, tetapi PMI Manufaktur China masih berada di kondisi kontrakasi. PMI Manufaktur adalah ukuran mengenai kondisi manufaktur sebuah negara, Angka 50 adalah batas, di bawah angka tersebut manufaktur terkontraksi sementara di atas 50 artinya manufaktur sedang ekspansi.

Sementara itu dari Jepang, data penjualan ritel periode Juli 2023 juga telah dirilis pada hari ini. Penjualan ritel Jepang pada bulan lalu naik menjadi 6,8% secara tahunan (year-on-year/yoy), dari sebelumnya pada Juni lalu sebesar 5,6%.

Sedangkan secara bulanan (month-to-month/mtm), penjualan ritel Negeri Sakura pada bulan lalu juga membaik menjadi 2,1%, dari sebelumnya pada Juni lalu yang berkontraksi 0,4%.

Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang secara mayoritas kembali menguat terjadi di tengah cerahnya kembali bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street pada perdagangan kemarin.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup naik 0,11%, S&P 500 menguat 0,48%, dan Nasdaq Composite terapresiasi 0,54%.

Sektor teknologi kembali menopang Wall Street, terutama indeks Nasdaq, ditopang kenaikan hampir 1% pada saham pembuat chip Nvidia. Saham Apple juga melesat nyaris 2%, setelah perusahaan mengirimkan undangan untuk acara peluncuran iPhone 15 pada 12 September.

Secara umum pergerakan indeks Wall Street terjadi ketika para pedagang meneliti data payrolls yang mengecewakan.

ADP mengatakan bahwa pengusaha swasta menambah 177.000 pekerjaan pada Agustus . Jumlah tersebut jauh di bawah angka revisi pada Juli yaitu 371.000. Itu juga meleset dari perkiraan Dow Jones sebesar 200.000.

Sementara itu, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) tahunan AS direvisi turun menjadi 2,1%, dari perkiraan sebelumnya sebesar 2,4%. Ini adalah hari kedua investor memandang data ekonomi yang lebih lemah dari perkiraan sebagai kabar baik bagi saham.

“Pedagang dan investor sama-sama ingin melihat ‘tindak lanjut’ dalam aksi pasar saat ini, membantu memastikan bahwa peningkatan kinerja pasar adalah langkah yang lebih layak ketika pasar memasuki bulan September,” kata Quincy Krosby, kepala strategi global di LPL Financial.

Hasil rilis data ekonomi Amerika Serikat yang mengecewakan justru menjadi booster bagi saham AS. Ketika bursa saham AS menghijau, maka bursa saham lainnya, terutama di kawasan Asia-Pasifik biasanya mengikutinya.

Ekonomi AS yang lesu malah memberikan investor sebuah harapan bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan melunak soal suku bunga acuan.

Perangkat CME Fedwatch menunjukkan 90% investor yakin The Fed akan menahan suku bunga acuan di 5,25%-5,5% dalam pertemuan September.

Selain itu, para investor juga menantikan rilis data pengeluaran pribadi dan pemasukan pribadi yang juga menjadi acuan bagi The Fed dalam menentukan kebijakan moneter.

Berdasarkan hasil konsensus Trading Economics, tingkat pendapatan pribadi stagnan di angka 0,3% (mtm) pada Juli. Sementara tingkat pengeluaran tumbuh 0,7% (mtm), lebih tinggi dari pertumbuhan bulan lalu sebesar 0,5%.

Hari ini juga akan rilis data Harga Indeks PCE yang menjadi ukuran inflasi bagi The Fed. Konsensus Trading Economics memperkirakan Core PCE Price Index AS pada Juli akan stabil di angka 0,2%. Sedangkan klaim awal pengangguran diperkirakan meningkat 5.000 menjadi 235.000 pada minggu yang berakhir 26 Agustus 2023.

Jika rilis data sesuai ekspektasi, hal ini akan menjadi pendukung bagi The Fed untuk tetap menahan suku bunga pada September.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Duh! Bursa Asia Dibuka ‘Kebakaran’, Nasib IHSG Gimana?

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts