Jakarta, CNBC Indonesia – Mayoritas mata uang Asia terpantau melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), setelah sehari sebelumnya sempat menguat dihadapan sang greenback. Beruntungnya, rupiah sendiri tidak diperdagangkan hari ini seiring libur menjelang Idul Fitri.
Menurut data Refinitiv per pukul 12:40 WIB, hanya beberapa mata uang Asia yang terpantau menguat terhadap The Greenback, yakni dolar Hong Kong, yen Jepang, ringgit Malaysia, dan baht Thailand.
Sedangkan sisanya tak mampu melawan sang greenback pada hari ini.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang Benua Kuning (Asia) pada perdagangan hari ini.
Sementara di pasar saham kawasan Asia-Pasifik, pada hari ini bergerak melemah, di tengah sikap investor yang masih merespons laporan kinerja keuangan sejumlah perusahaan di AS (Wall Street).
Per pukul 12:53 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang melemah 0,22%, Hang Seng Hong Kong ambles 1,05%, Shanghai Composite China ambrol 1,3%, Straits Times Singapura terkoreksi 0,27%, ASX 200 Australia terpangkas 0,41%, dan KOSPI Korea Selatan terdepresiasi 0,75%.
Pada hari ini, dolar AS cenderung naik tipis, dilihat dari indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, yakni naik tipis 0,03% menjadi 101,873 per pukul 12:47 WIB.
Meski mengalami kenaikan, tetapi sejatinya pergerakan dolar AS masih cenderung volatil, karena pasar masih menerka-nerka arah kebijakan suku bunga dari bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).
Pejabat The Fed yang seakan masih terbelah membuat investor cenderung bingung dan turut mempengaruhi ekspektasi pasar.
Presiden The Fed St. Louis James Bullard pada Selasa lalu mengatakan The Fed perlu terus menaikkan suku bunga karena inflasi AS masih membandel.
Sebaliknya, Presiden The Fed Atlanta mengatakan The Fed kemungkinan besar hanya akan menaikkan suku bunga sekali lagi.
Hal ini pun membuat pasar cenderung sulit untuk memprediksi apakah The Fed akan benar-benar melunak atau justru melanjutkan kebijakan ketatnya.
Meski begitu, pelaku pasar memperkirakan The Fed masih akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bp) pada pertemuan edisi Mei mendatang.
Berdasarkan survei CME FedWatch, sebanyak 82,8% pelaku pasar bertaruh The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bp pada Mei mendatang. Sisanya yakni 17,2% bertaruh The Fed akan mulai menahan suku bunga pada Juni.
Untuk diketahui, The Fed sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 475 bp dalam setahun terakhir menjadi 4,75-5,0%. Rapat Federal Open Market Committee (FOMC) untuk menentukan suku bunga akan digelar pada awal Mei mendatang.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Saat Rupiah Libur, Mata Uang Asia Geraknya Gak Kompak
(chd/chd)
Sumber: www.cnbcindonesia.com