Lippo Cikarang, Dulu Raja ‘Penyayang’ Kini ‘Tendang’ Konsumen

Jakarta, CNBC Indonesia – PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK) menyatakan tak memiliki tanggung jawab atas konsumen Meikarta. Ini terjadi seiring dengan posisi emiten properti milik Grup Lippo itu di apartemen tersebut.

Read More

“Dapat kami sampaikan bahwa pemenuhan hak-hak konsumen apartemen Meikarta dan pemenuhan target serah terima merupakan sepenuhnya tanggung jawab PT Mahkota Sentosa Utama (MSU),” ujar Sekretaris Perusahaan LPCK Veronika Sitepu dalam keterbukaan informasi, dikutip Senin (18/2/2023).

Pernyataan ini tentu menjadi ironi. Sebab, bertolak belakang dengan jejak langkah Lippo Group yang sangat peduli dan memanjakan konsumennya.

Kata ‘Lippo’ sendiri sarat makna. Lippo diambil dari dua kata, yakni “Li” artinya kekuatan atau modal dan “Po” berarti Sumber.

“Maka, “Lippo” berarti ‘Sumber Kekuatan Modal dan Moral’,” tutur Riady dalam Manusia Ide (2016). Beranjak dari arti ini Riady ingin menjadikan kekuatan modal dan moral sebagai penggerak utama bisnisnya. Tak heran, kalau seluruh bisnis usahanya sangat memanjakan konsumen karena berkaitan dengan moral. 

Awal mula Lippo Cikarang dapat ditarik mundur pada tahun 1991. Kala itu, Bos Lippo Mochtar Riady, diminta untuk meneruskan proyek kawasan industri di Cikarang seluas 5.000 hektar yang mandek akibat resesi ekonomi 1991. Pengambilalihan ini menjadikan Lippo Cikarang sebagai portofolio kedua Riady usai mendirikan Lippo Karawaci, Tangerang. Karena itu dia berambisi dan serius menjalankan proyek tersebut.

Bagi Riady, lahan tandus dan tak bernilai justru adalah ‘mata pencaharian’ paling potensial. Maka, seperti yang sudah-sudah, dia berupaya meningkatkan nilai guna lahan tandus dengan menyulapnya menjadi lahan industri dan perumahan. Semakin tinggi nilai guna, semakin mahal harga tanahnya. Dan pengembang pun bisa cuan banyak. 

Alhasil, mengutip otobiografinya berjudul Manusia Ide (2016), Riady bekerjasama dengan investor dari Jepang (Sumimoto Group), Korea (Hyundai), dan Taiwan. Besarnya investasi ini berdampak pada cepatnya proses pembangunan. Megaproyek selesai dalam waktu dua tahun. Cikarang yang awalnya lahan tandus berhasil disulap menjadi pusat industri besar.

Perlahan, Riady tak hanya ingin menjadikan Cikarang sebagai pusat industri, tetapi juga kawasan elit yang memanjakan konsumennya. Kawasan tersebut nantinya berisi fasilitas sekolah dasar dan menengah berkualitas, rumah sakit, hotel, dan sport club. Tak hanya itu, dia juga ingin ada pusat perbelanjaan modern dan besar. Semua itu dilakukan untuk memanjakan konsumen.

“Lippo Cikarang akan menjadi industrial park terpadu, tempat pusat pemerintahan, pusat perdagangan, dan permukiman elite yang aman, nyaman, indah, dan hjau, yang dapat dibanggakan di seluruh Indonesia,” tutur Riady.

Berkat menyulap ini semua, harga tanah di Cikarang meroket hingga US$500 per meter persegi. Dompet Riady pun makin tebal. Pada saat peluncuran biografinya tahun 2016, Riady memaparkan akan mengubah Cikarang menjadi ‘mini Tokyo’ yang serupa pusat metropolitan Tokyo.

Hal ini dilakukan untuk memanjakan pekerja Jepang agar betah di Cikarang dan merasa tinggal di kampung halamannya. Nantinya, akan ada supermarket, supermal, hotel dan sekolah ala Jepang. 

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Heboh Meikarta Disebut Bak ‘Kota Mati’, Lippo Angkat Bicara

(mfa/mfa)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts