Jakarta, CNBC Indonesia – Saham emiten produsen semen Tiga Roda yakni PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP) terpantau melonjak pada perdagangan sesi II Kamis (3/8/2023), seiring membaiknya kinerja keuangan perseroan pada semester pertama 2023.
Per pukul 14:12 WIB, saham INTP melonjak 5,44% ke posisi Rp 11.150/unit. Saham INTP pada hari ini bergerak pada rentang harga Rp 10.575 – Rp 11.500 per unit.
Saham INTP sudah ditransaksikan sebanyak 6.561 kali dengan volume sebesar 11,17 juta lembar saham dan nilai transaksinya sudah mencapai Rp 124,68 miliar. Adapun kapitalisasi pasarnya saat ini mencapai Rp 41,05 triliun.
Hingga pukul 14:12 WIB, di order bid atau beli, pada harga Rp 11.100/unit, menjadi posisi dengan antrean beli terbanyak pada hari ini yakni mencapai 536 lot atau sekitar Rp 595 miliar.
Saham INTP berhasil melesat di tengah membaiknya kinerja keuangan perseroan pada semester pertama 2023. Bahkan, saham INTP sempat melejit 8,75%.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, laba bersih INTP mencapai Rp 698,43 miliar pada semester I-2023, tumbuh 139,5% (year-on-year/yoy) dari periode yang sama tahun 2022 sebesar Rp 291,55 miliar.
Kenaikan laba bersih INTP ini sejalan dengan kenaikan pendapatan, dimana INTP membukukan pendapatan bersih senilai Rp 7,97 triliun pada semester I-2023, naik 15,32% (yoy) dari sebelumnya sebesar Rp 6,91 triliun pada semester I-2022.
Secara terperinci, pendapatan INTP didominasi oleh penjualan semen kepada pihak ketiga senilai Rp 7,15 triliun, disusul penjualan beton siap pakai senilai Rp 626,81 miliar dan penjualan semen kepada pihak berelasi senilai Rp 157,22 miliar.
Namun, sejumlah beban INTP terpantau ikut naik. Beban pokok pendapatan naik 7,70% (yoy) menjadi Rp 5,53 triliun per 30 Juni 2023, dari sebelumnya Rp 5,14 triliun per 30 Juni 2022. Namun, INTP berhasil menekan beban bahan bakar dan listrik menjadi Rp 2,38 triliun, di paruh pertama 2023 dari semula Rp 2,55 triliun di paruh pertama 2022.
Beban penjualan juga ikut naik 6,9% (yoy) menjadi Rp 1,23 triliun di semester I-2023, dari sebelumnya Rp 1,15 triliun di semester I-2022. Beban umum dan administrasi juga naik dari semula Rp 1,5 triliun menjadi Rp 1,59 triliun.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat
(chd/chd)
Sumber: www.cnbcindonesia.com