Jakarta, CNBC Indonesia – Pasar kripto yang sempat pulih pada awal bulan ini kini kembali merana karena adanya kabar tidak menggembirakan dari bursa kripto terbesar kedua di dunia yakni FTX yang kini dilanda krisis likuiditas.
Bitcoin pun sempat pulih ke level psikologis US$ 20.000 pada awal bulan ini. Bahkan sempat menyentuh kisaran US$ 21.000. Tak hanya harganya yang sempat pulih, kapitalisasi pasar Bitcoin juga sempat mencapai US$ 400 miliar, di mana hal ini terakhir terlihat sekitar sebulan yang lalu.
Tak hanya Bitcoin saja, Ethereum, yang digadang-gadang sebagai kripto alternatif (altcoin) terbesar di dunia, juga sempat pulih ke level psikologis US$ 1.600 pada awal bulan ini. Kapitalisasi pasar Ethereum juga sempat menembus US$ 200 miliar.
Namun, pemulihan Bitcoin, Ethereum, dan kripto lainnya pada akhirnya tidak berlangsung lama, di mana risiko pasar di kripto masih terjadi yakni krisis likuiditas.
Awal mula krisis likuiditas yang membuat heboh dikalangan investor adalah berasal dari situs berita kripto, CoinDesk pada 2 November lalu melaporkan adanya kebocoran balance sheet Alameda Research, perusahaan afiliasi FTX yang sangat bergantung pada token utilitas FTX, yakni FTX Token (FTT).
Alameda tidak hanya memiliki banyak FTT di neraca, tetapi juga telah menggunakan FTT sebagai jaminan pinjaman. Eksekutif menyangkal hal ini dan mengatakan itu melukiskan gambaran yang tidak lengkap yang tidak mencerminkan lindung nilai (hedging) yang mengimbangi pertukaran yang ada.
Beberapa hari setelah kabar tersebut tersebar, FTT senilai US$ 584 juta ditransfer ke bursa kripto Binance sebagai bagian dari proses likuidasi. CEO Binance Changpeng Zhao kemudian menegaskan ini adalah langkah yang disengaja. Hal tersebut memicu penarikan FTT besar-besaran.
As part of Binance’s exit from FTX equity last year, Binance received roughly $2.1 billion USD equivalent in cash (BUSD and FTT). Due to recent revelations that have came to light, we have decided to liquidate any remaining FTT on our books. 1/4
— CZ 🔶 Binance (@cz_binance) November 6, 2022
Di tengah kisruh ini, Caroline Ellison, CEO Alameda menuliskan di akun Twitter-nya menawarkan untuk membeli kembali FTT dengan harga pasar yang berlaku saat itu. Dia juga men-tweet bahwa Alameda Research memiliki aset US$ 10 miliar yang tidak dilaporkan dalam neraca yang bocor.
Kemudian pada 7 November lalu, harga FTT terus menurun dan Alameda mulai menjual token Solana (SOL) untuk menjaga harga FTT di atas US$ 22 per keping.
Sementara itu, Zhao menjual FTT untuk membeli token Binance (BNB). FTX hentikan penarikan aset, namun CEO FTX, Sam Bankman-Fried (SBF) menyatakan jika FTX masih baik-baik saja, aset-aset juga baik-baik saja, yang saat ini tweet-nya sudah dihapus.
Pada Selasa pekan lalu, penurunan FTT makin tak terhindarkan akibat penarikan besar-besaran oleh trader yang memegang token tersebut. Pada akhirnya FTT anjlok 72%.
SBF kemudian meminta bantuan pada Zhao dan pemilik Binance tersebut mengatakan akan mengakuisisi FTX namun perlu melakukan due diligence lebih dulu.
This afternoon, FTX asked for our help. There is a significant liquidity crunch. To protect users, we signed a non-binding LOI, intending to fully acquire https://t.co/BGtFlCmLXB and help cover the liquidity crunch. We will be conducting a full DD in the coming days.
— CZ 🔶 Binance (@cz_binance) November 8, 2022
Dua hari kemudian, Binance pun mengurungkan niatnya untuk mengakuisisi FTX, karena Zhao menilai masalah FTX terlalu besar untuk diatasi. Mulai dari sini, regulator Amerika Serikat (AS) dilaporkan mulai menyelidiki FTX karena masalah likuiditas dan dugaan penyelewengan dana.
Alhasil, setelah Binance batal mengakuisisi FTX, pasar merespons negatif dengan melepas kepemilikannya di kripto, termasuk di Bitcoin dan Ethereum, yang membuat harganya kembali merana, setelah sempat pulih.
SBF pun mengumumkan bahwa Alameda akan menghentikan perdagangan pada hari Kamis sebagai upaya untuk menyelamatkan FTX. Namun, SBF belum menyerah dan masih berusaha untuk mencari cara untuk meningkatkan likuiditas.
Tetapi bagaimanapun, krisis FTX memang sudah sulit untuk ditanggulangi dan terancam dilanda kebangkrutan. FTX masih membutuhkan dana sekitar US$ 9,4 miliar. SBF dilaporkan dalam pembicaraan untuk mengumpulkan uang dari pertukaran saingan OKX dan penerbit stablecoin Tether (USDT).
Dia juga mencari suntikan dana dari investor FTX saat ini, termasuk Sequoia Capital. Dia berhasil mencapai kesepakatan dengan Justin Sun, pendiri jaringan blockchain Tron, untuk memungkinkan pemegang token terkait Tron menarik kepemilikan mereka dari FTX.
Pada 11 November, FTX pada akhirnya mengajukan kebangkrutan Chapter 11. Manajemen FTX juga mengumumkan bahwa SBF mengundurkan diri sebagai CEO.
Meski telah mengajukan kebangkrutan Chapter 11, namun efek krisis FTX diperkirakan masih akan terjadi, di mana salah satu bursa kripto juga terdampak dari masalah FTX, yakni Crypto.com. Namun, dampak ini cenderung tidak langsung.
Belum berakhir kabar krisis FTX, lagi-lagi pasar kripto dikejutkan dengan kabar kurang menggembirakan, di mana Crypto.com menjadi sorotan setelah tidak sengaja salah mengirim 320.000 Ethereum bernilai sekitar US$ 400 juta pada saat itu, ke alamat publik yang terdaftar di pertukaran kripto pesaing nya.
CEO Crypto.com, Kris Marszalek secara langsung mengumumkan kesalahan tersebut melalui Twitter. Catatan Blockchain di Etherscan menunjukkan pada 21 Oktober, Crypto.com mengirimkan jumlah, sekitar 80% dari total cadangan Ethereum-nya kepada pertukaran kripto Gate.io.
Gate.io kemudian mengembalikan jumlah 285.000 Ethereum yang sedikit berkurang, sekitar akibat dari lonjakan Ethereum kecil, pada 29 Oktober. Crypto.com merilis bukti cadangannya sendiri pada 12 November.
“Itu seharusnya dipindahkan ke alamat cold storage baru, tetapi dikirim ke alamat pertukaran eksternal yang masuk daftar putih. Kami bekerja dengan tim Gate dan dana kemudian dikembalikan ke cold storage kami,” ujar Marszalek).
Marszalek menambahkan semua dana telah dikembalikan dan saldo dolar di neraca Crypto.com di Gate mencapai jutaan satu digit.
Sumber: www.cnbcindonesia.com