Jakarta, CNBC Indonesia – Benang merah arah bisnis Garibaldi ‘Boy’ Thohir terungkap. Melalui PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dan PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR), ia berambisi menjadi raja eksositem kendaraan listrik atawa electric vehicle (EV).
“Menurut imajinasi saya, MDKA sekarang sudah ke nikel. Kami juga sudah ada anak perusahaan merdeka yang namanya merdeka baterai material. Nanti, pasti akan produksi katoda, anoda, dan lainnya,” kata Presiden Direktur ‘Boy’ Thohir di Jakarta, saat ditemui pada Kamis (26/1).
Akan tetapi, produksi tersebut merupakan barang setengah jadi. Perlu ada pengolahan lebih lanjut untuk memberikan nilai tambah.
“Setelah sudah setengah jadi atau 3/4 jadi harus diproses lagi. Pasti, dalam bayangan saya, yang terbaik itu di prosesnya di Kalimantan Utara. Karena nanti kan hydronya jalan sehingga nanti katakanlah dari katoda dan anoda itu kan bikin baterai,” jelasnya.
Nah, saat itulah ADMR memainkan peranannya. ADMR bahkan dikabarkan siap berinvestasi hingga US$ 1,35 miliar. Investasi ini untuk proyek smelter aluminium di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara. Targetnya, smelter ini bisa beroperasi awal 2025.
Smelter tersebut ditargetkan mampu memproduksi 1,5 juta ton aluminium per tahun. Hasil produksinya ini akan digunakan untuk bahan baku mobil listrik.
Masih hangat di ingatan ADMR belum lama ini juga mengesahkan kongsi bersama pabrikan mobil asal Korea Selatan, Hyundai. Rupanya, kerjasama ini ditujukan untuk memperkuat hilir ekosistem EV, yakni produksi mobil listrik. “Agar baterai EV bisa efisien, dibutuhkan body (mobil) yang ringan, aluminium itu,” kata Boy.
Di Kaltara itu juga Boy Thohir melalui ADMR akan membangun pembangkit listrik tenaga angin (PLTA) dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).
Boy menegaskan, nantinya produk baterai yang dihasilkan akan menjadi batreai premium, green battery. Untuk menciptakan baterai itu, maka prosesnya harus menggunakan bahan baku yang ramah lingkungan.
“Nah, baterai kalau mau yang premium listriknya harus dari energi baru terbarukan,” ucapnya.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Beli Saham Ini Rp 1 Juta di Awal 2022, Kini Jadi Rp 18,8 Juta
(dhf/dhf)
Sumber: www.cnbcindonesia.com