Kacau Kacau Kacau! Pemilik Emas Mohon Bersabar

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas pada perdagangan pekan ini terpantau melandai nyaris 1%, meski data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) terbaru menunjukkan tanda-tanda mendingin.

Read More

Pada pekan ini, harga emas dunia merosot 0,9% secara point-to-point (ptp). Namun pada perdagangan Jumat (4/8/2023) kemarin, harga emas berhasil berbalik arah dengan menguat 0,4% ke level US$ 1.940,86/troy ons.


Harga emas rebound pada perdagangan akhir pekan ini, setelah laporan pekerjaan AS yang sedikit lebih lemah dari perkiraan mendorong dolar AS dan imbal hasil (yield) Treasury bergerak lebih rendah, menawarkan beberapa kelonggaran untuk emas yang masih berada di jalur terendah terburuk dalam enam pekan terakhir.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan nonfarm payrolls (NFP) periode Juli 2023, AS menambahkan 187.000 pekerjaan, di bawah perkiraan pasar yang mencapai 200.000.

Pertumbuhan pekerjaan Juli sedikit lebih tinggi dari pertumbuhan Juni yang direvisi dari kenaikan 209.000 menjadi kenaikan 185.000.

Sedangkan untuk tingkat pengangguran AS periode Juli 2023 turun sedikit menjadi 3,5%, dari sebelumnya sebesar 3,6%. Angka ini lebih rendah dari ekspektasi pasar yang memperkirakan tingkat pengangguran Negeri Paman Sam tidak berubah di 3,6%.

“Laporan pekerjaan telah memungkinkan pasar untuk mengusulkan bahwa Federal Reserve tidak mungkin menaikkan suku bunga. Akibatnya, imbal hasil obligasi turun beriringan dengan turunnya dolar AS dan itu pasti mendukung harga emas,” kata David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures, dikutip dari Reuters.

Menyusul rebound-nya harga emas pada akhir pekan ini, dolar AS melemah 0,5% terhadap mata uang pesaingnya, membuat emas lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya. Sedangkan yield Treasury acuan tenor 10 tahun turun dari level tertingginya dalam sembilan bulan terakhir.

Dolar AS dan Treasury AS merupakan ‘musuh’ dari emas, sehingga jika dolar AS dan Treasury melandai atau ada tanda-tanda lesu, maka emas diuntungkan. Hal ini membuat emas semakin murah dan terjangkau untuk investasi. Emas juga tidak menawarkan yield sehingga penurunan yield membuat emas cenderung menarik.

Pergerakan emas acuan dunia yang cenderung melandai di pekan ini terjadi meski data tenaga kerja mulai ada tanda-tanda mendingin, meski beberapa data masih menunjukkan penguatan.

Sebelumnya pada Kamis pekan ini, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan jumlah pekerja Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran sedikit meningkat pada pekan lalu.

Data klaim pengangguran untuk periode pekan yang berakhir 30 Juli mencapai 227.000, naik sebesar 6.000 dari pekan sebelumnya yang sebesar 221.000 klaim.

Data lain dari Departemen Tenaga Kerja menunjukkan adanya penurunan tajam dalam biaya tenaga kerja pada kuartal II-2023, berkat peningkatan tajam dalam produktivitas pekerja.

Hal ini menambah laporan bulan lalu yang menunjukkan moderasi signifikan dalam inflasi tahunan pada periode Juni 2023 serta pertumbuhan upah pada kuartal II-2023.

Data tenaga kerja menjadi salah satu pertimbangan bank sental AS (Federal Reserve/The Fed) dalam menentukan kebijakannya.

Menurut Alat FedWatch CME, kemungkinan bahwa The Fed membiarkan suku bunga tidak berubah pada pertemuan 19-20 September sekarang sekitar 85%, dari sebelumnya sekitar 78% sesaat sebelum data pengangguran keluar.

Emas sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga The Fed, karena hal ini meningkatkan biaya peluang memegang emas batangan yang tidak memberikan yield.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


AS Tak Jadi Gagal Bayar Utang, Harga Emas Malah Bikin Sedih

(chd/luc)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts