Jakarta, CNBC Indonesia – Harga batu bara akhirnya merangkak naik setelah ambruk selama empat hari beruntun. Pada perdagangan Rabu (11/1/2023), harga batu kontrak Februari di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 342,9 per ton. Harganya menguat 2,28% dibandingkan perdagangan hari sebelumnya.
Penguatan ini memutus rekor negatif pasir hitam yang melemah Jumat pekan lalu atau dalam empat hari perdagangan beruntun.
Dalam sepekan, harga batu bara masih ambruk 7,8% secara point to point. Dalam sebulan, harga batu bara jeblok 8,1% sementara dalam setahun melesat 97,9%.
Menguatnya harga batu bara ditopang oleh prakiraan cuaca di Eropa yang akan jauh lebih dingin pada akhir Januari-Februari, ekspektasi kenaikan permintaan dari China, serta kebijakan impor India.
Dilansir dari Bloomberg, suhu udara di Inggris, Eropa bagian Nordik dan barat daya Eropa akan anjlok pada akhir Januari hingga Februari sehingga cuaca akan lebih dingin.
Sejumlah analis bahkan memperkirakan sebagian Eropa akan menghadapi “musim dingin yang sebenarnya” pada beberapa hari ke depan.
Lebih dinginnya cuaca ini diperkirakan akan meningkatkan penggunaan pemanas ruangan sehingga permintaan listrik naik. Kondisi ini membuat harga gas Eropa merangkak naik.
Harga gas alam EU Dutch TTF (EUR) menguat 2,24% sehari kemarin ke posisi 66,81 euro per mega-watt hour (MWh).Gas merupakan sumber energi alternatif bagi gas sehingga harganya saling berpengaruh.
Pasokan gas menjadi isu penting bagi Eropa setelah Rusia memangkas pasokan gas ke kawasan tersebut tahun lalu.Saat ini, pasokan gas Eropa memang masih mencukupi tetapi jika suhu terus turun dan penggunaan listrik naik maka pasokan bisa menipis.
Analis dari Energi Danmark menjelaskan trader kini fokus untuk mencermati cuaca pekan depan dan dampaknya ke permintaan gas.
Harga batu bara juga menguat karena ditopang sentimen positif dari China dan India.
Permintaan batu bara dari China diharapkan meningkat setelah libur Hari Raya Tahun Baru atau Imlek akhir Januari mendatang.
Sementara itu, Kementerian Kelistrikan mereka sudah meminta utilitas untuk mengimpor dan melakukan blending 6% batu bara bara impor dan lokal. Impor harus segera dilakukan untuk mengantisipasi krisis listrik serta naiknya permintaan sejalan dengan pemulihan ekonomi.
“Kebijakan ini lebih didorong oleh antisipasi dan bentuk kehati-hatian,” tutur Menteri Batu Bara India Amrit Lal Meena, dikutip dari Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Melesat Hampir 3%, Harga Batu Bara Dekati Rekor Tertinggi
(mae/mae)
Sumber: www.cnbcindonesia.com