gep-indonesia.org

Jelang Pertemuan Tahunan BI, Investor SBN Cenderung Bertahan

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup bervariasi pada perdagangan Selasa (29/11/2022), di mana investor cenderung wait and see jelang Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI).

Sikap investor cenderung beragam pada hari ini, ditandai dengan bervariasinya pergerakan imbal hasil (yield) SBN. Namun, hanya SBN tenor 15 tahun yang masih diburu oleh investor, ditandai dengan turunnya yield.

Melansir data dari Refinitiv, yield SBN tenor 15 tahun turun 1,2 basis poin (bp) ke posisi 6,934 pada perdagangan hari ini.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO RESUME CONTENT

Sementara untuk yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan (benchmark) cenderung tidak berubah yakni masih berada di posisi 6,947%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Di dalam negeri, investor investor cenderung wait and see jelang Pertemuan Tahunan Bank Indonesia. Pelaku pasar akan melihat proyeksi-proyeksi yang diberikan Bank Indonesia (BI) untuk tahun depan.

Sehari setelahnya, akan ada rilis data aktivitas sektor manufaktur dan inflasi.

Pada bulan lalu, S&P Global melaporkan purchasing managers’ index (PMI) manufaktur Indonesia tumbuh 51,8 pada Oktober 2022. Meski turun cukup dalam dari bulan sebelumnya 53,7 tetapi masih berada di atas 50.

Angka di atas 50 artinya ekspansi, sementara di bawahnya adalah kontraksi.

Sementara itu Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi Indonesia pada Oktober 2022 mencapai 5,71% (year-on-year/yoy), lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yaitu 5,95%.

Jika di pekan ini PMI manufaktur dilaporkan naik atau setidaknya masih di atas 50, dan inflasi kembali melandai, tentunya akan menjadi kabar positif bagi IHSG dan rupiah, namun menjadi kabar kurang baik bagi SBN.

Sementara itu dari Amerika Serikat (AS), yield obligasi pemerintah (US Treasury) juga kembali melandai pada pagi hari ini waktu AS.

Dilansir dari CNBC International, yield Treasury berjangka pendek yakni tenor 2 tahun turun 4,3 bp ke posisi 4,428%. Sedangkan yield Treasury benchmark tenor 10 tahun melandai 4,5 bp menjadi 3,657%.

Investor mengikuti dengan cermat perkembangan Covid-19 di China, karena ketidakpastian tentang pembukaan kembali ekonomi negara itu telah menyebar dalam beberapa pekan terakhir.

Meningkatnya kasus Covid-19 telah menyebabkan pembatasan ketat, yang ditanggapi orang dengan protes selama akhir pekan. Per Minggu lalu, China melaporkan 40.052 kasus lokal baru Covid-19, di mana 3.748 diantaranya bergejala dan 36.304 tidak bergejala.

Namun, China pada hari ini mengatakan sedang membuat kemajuan dengan memvaksinasi para lansia yang sangat rentan terhadap Covid-19 dan melaporkan bahwa kasus telah menurun untuk pertama kalinya dalam lebih dari sepekan pada Senin kemarin.

Di lain sisi, investor juga masih mencerna komentar dari pembicara bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) tentang kebijakan suku bunga di masa depan, karena kekhawatiran tentang berlanjutnya resesi.

Berbicara di acara virtual yang diselenggarakan oleh Economic Club of New York pada Senin kemarin, Presiden The Fed New York, John Williams mengatakan bank sentral harus melanjutkan kenaikan suku bunga untuk saat ini.

“Pemotongan suku bunga bisa menjadi opsi untuk 2024”, kata Williams, seperti yang dikutip dari CNBC International.

Sedangkan menurut Presiden The Fed St Louis, James Bullard, suku bunga acuan The Fed perlu naik lebih lanjut dan kemungkinan tetap di atas 5% selama dua tahun ke depan.

Investor juga akan memantau rilis data ekonomi penting di AS, di mana data tersebut akan memberikan informasi lebih lanjut tentang keadaan ekonomi Negeri Paman Sam.

Rilis utama termasuk indeks pengeluaran konsumsi pribadi (personal consumption expenditure/PCE) pada Kamis dan rilis laporan penggajian AS periode November yang dijadwalkan pada Jumat mendatang.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Investor Kembali Buru SBN, Harganya Kembali Menguat

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Exit mobile version