gep-indonesia.org

Investor Fokus ke China, Bursa Asia Dibuka Loyo

Jakarta, CNBC Indonesia – Mayoritas bursa Asia-Pasifik dibuka cenderung melemah pada perdagangan Jumat (25/11/2022), di mana investor akan berfokus pada sentimen di kawasan tersebut karena pasar keuangan Amerika Serikat (AS) sedang libur Hari Thanksgiving.

Indeks Nikkei 225 Jepang dibuka turun tipis 0,06%, Hang Seng Hong Kong merosot 0,85%, Shanghai Composite China melemah 0,32%, Straits Times Singapura turun 0,16%, dan KOSPI Korea Selatan terkoreksi 0,32%

Sedangkan untuk indeks Straits Times Singapura naik tipis 0,04% dan ASX 200 Australia menguat 0,12%.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO RESUME CONTENT

Selagi pasar keuangan AS libur Hari Thanksgiving, investor di Asia-Pasifik akan berfokus pada sentimen di kawasan regional, di mana salah satunya yakni terkait kondisi pandemi Covid-19 di China.

Kasus Covid-19 di China kembali mengkhawatirkan, di mana kasusnya kembali mencetak rekor tertinggi. Akibatnya, kota-kota secara nasional memberlakukan penguncian lokal (lockdown), pengujian massal, dan pembatasan lainnya.

China mencatat 31.444 infeksi Covid-19 lokal baru pada Rabu lalu. Jumlah ini memecahkan rekor yang ditetapkan pada 13 April lalu, ketika pusat komersial Shanghai dilumpuhkan oleh lockdown seluruh kota selama dua bulan.

Kebangkitan kembali infeksi, hampir tiga tahun setelah pandemi muncul di pusat kota Wuhan, menimbulkan keraguan pada harapan investor agar China segera melonggarkan kebijakan nol-Covid-nya.

Kebijakan tersebut nyatanya juga memicu frustrasi dan menggelapkan prospek ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

Pembatasan tersebut berdampak pada penduduk yang dikurung serta produksi di pabrik, termasuk pabrik iPhone terbesar di dunia, yang beberapa waktu lalu diguncang oleh bentrokan antara pekerja dan petugas keamanan.

Hal ini membuat Broker Nomura memangkas perkiraan Produk Domestik Bruto (PDB) China pada kuartal IV-2022 menjadi 2,4% secara tahunan (year-over-year/yoy), dari sebelumnya diprediksi tumbuh 2,8%.

Nomura juga memangkas perkiraan PDB setahun penuh di 2022 menjadi 2,8%, dari sebelumnya sebesar 2,9%, di mana target Nomura ini jauh dari target resmi China sekitar 5,5 % pada tahun ini.

“Kami percaya pembukaan kembali masih merupakan proses yang berkepanjangan dengan biaya tinggi,” tulis Nomura, juga menurunkan perkiraan pertumbuhan PDB China untuk tahun depan menjadi 4,0%, dari sebelumnya sebesar 4,3%, dikutip Reuters.

Kepemimpinan China memang terjebak oleh nol-Covid, kebijakan khas Presiden Xi Jinping, bahkan ketika sebagian besar dunia mencoba hidup berdampingan dengan virus.

Mengakui tekanan pada ekonomi, kabinet mengatakan China akan menggunakan pemotongan tepat waktu dalam cadangan kas bank dan alat kebijakan moneter lainnya untuk memastikan likuiditas yang cukup.

Meski Negeri Paman Sam sedang libur Thanksgiving, tetapi investor di Asia-Pasifik masih cenderung menimbang rencana bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang akan memperlambat kenaikan suku bunga acuannya.

Risalah dari pertemuan The Fed edisi November 2022 mengisyaratkan bahwa bank sentral Negeri Paman Sam tersebut melihat kemajuan dalam perjuangannya melawan inflasi tinggi dan ingin memperlambat laju kenaikan suku bunga, yang berarti kenaikannya bakal lebih kecil pada akhir tahun ini hingga 2023.

“Sebagian besar pejabat menilai bahwa perlambatan laju kenaikan kemungkinan akan segera terjadi,” bunyi risalah tersebut.

Sebelumnya harapan akan mengendurnya The Fed muncul setelah tingkat pengangguran di Amerika Serikat mengalami kenaikan pada Oktober, sementara inflasi menurun.

Pasca risalah tersebut pelaku pasar langsung memperkirakan kenaikan akan terjadi sebesar 50 bp pada 14 Desember mendatang.

Mengacu pada FedWatch, sebanyak 75,8% analis memprediksikan adanya kenaikan sekitar 50 bps dan akan mengirim tingkat suku bunga acuan Fed menjadi 4,25%-4,5%.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Sinyal Nggak Enak Buat IHSG Nih… Bursa Asia Loyo Lagi

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Exit mobile version