Ini Penyebab IHSG Batal Masuk Zona Merah di Sesi I

Jakarta, CNBC IndonesiaIndeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona hijau pada penutupan perdagangan sesi I Selasa (22/11/2022). Para pelaku pasar masih fokus dengan sinyal kenaikan suku bunga dari pejabat elit The Fed untuk periode Desember.

Read More

IHSG sejak pagi tadi sudah dibuka naik 0,26% ke posisi 7.082,63. Lima menit berselang, IHSG terpantau masih menguat 0,57% ke 7.103,52.

Namun, level 7.100 ini tak mampu bertahan lama. Pukul 09:25 WIB indeks terpantau memangkas penguatan sisa 0,25% ke 7.081,19. Menjelang pukul 10:00 WIB IHSG tiba-tiba berbalik arah.

Pukul 10:12 WIB indeks sudah terpantau terkoreksi 0,26% ke 7.045,16. Sejak itu, indeks tampak galau menentukan arah geraknya sebelum akhirnya ditarik ke zona hijau pada penutupan perdagangan sesi I.

Barulah penutupan sesi I, indeks ditutup di zona hijau dengan kenaikan 0,13% atau 9,31 poin, ke 7.072,55. Nilai perdagangan tercatat naik ke Rp 6,19 triliun dengan melibatkan lebih dari 14 miliar saham yang berpindah tangan 752 kali.

Level tertinggi berada di 7.108,83 sekitar 5 menit setelah perdagangan dibuka, sementara level terendah berada di 7.039,46 sekitar pukul 10:30 WIB. Mayoritas saham siang ini terpantau mengalami penurunan.

Statistik perdagangan mencatat ada 236 saham yang mengalami penurunan dan 237 saham yang naik, serta sisanya sebanyak 215 saham stagnan.

Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menjadi saham yang paling besar nilai transaksinya siang ini, yakni mencapai Rp 397 miliar. Sedangkan saham PT Wulandari Bangun Laksana Tbk (BSBK) menyusul di posisi kedua dengan nilai transaksi mencapai Rp 379,5 miliar dan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) di posisi ketiga sebesar Rp 376,7 miliar.

Menguatnya IHSG terjadi ketika tiga indek utama bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup ambrol pada perdagangan awal pekan Senin (21/22/2022) waktu New York.

S&P 500 tergelincir 0,4%, sedangkan indeks padat teknologi Nasdaq turun 1,02%, sedangkan Dow Jones Industrial Average turun 43 poin atau 0,13%, meskipun penurunan indeks di mitigasi oleh lonjakan saham Disney.

Kekhawatiran bahwa China akan kembali meningkatkan pembatasan Covid-19 setelah melaporkan kematian akibat virus turut membebani pasar. Ini membuat saham energi dan harga minyak lebih rendah. Pedagang juga mencari sinyal lebih lanjut dari Federal Reserve tentang kenaikan suku bunga di masa depan.

“Hal itu mengurangi kisah pemulihan ekonomi global yang kami harap akan diantar dengan pembukaan kembali di China,” kata Art Hogan, kepala strategi pasar di B. Riley Financial dikutip CNBC International.

Reli bear market baru-baru ini kemungkinan akan tertahan karena minggu perdagangan yang lebih pendek untuk ‘Thanksgiving Holiday’, yang mungkin melihat peningkatan volatilitas dan volume yang lebih rendah karena para pelaku pasar akan mengambil cuti.

Selain itu, pergerakan pasar finansial tentu saja masih berkaitan dengan suku bunga. Saat ini pelaku pasar cenderung mencari kepastian dengan menimbang-nimbang berbagai pernyataan pejabat elit The Fed.

Pada Senin (22/11/2-22), Presiden Fed Cleveland Loretta Mester menegaskan kembali bahwa kenaikan suku bunga akan berlanjut, tetapi mungkin lebih kecil ke depannya.

“Dengan 375 basis poin kenaikan suku bunga Fed sejauh ini, kurva imbal hasil terbalik, lonjakan inflasi, dan harga komoditas masih menjadi bagian dari narasi, kita semua dapat menyimpulkan bahwa kita terlambat dalam siklus ekonomi,” Liz Young, SoFi’s kepala strategi investasi, mengatakan dalam sebuah catatannya.

Hari ini, investor kembali menantikan sinyal pejabat The Fed untuk mendapatkan lebih banyak informasi tentang jalur bank sentral ke depan ketika Presiden Fed St. Louis James Bullard pada pidatonya hari ini.

Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, probabilitas suku bunga naik 50 basis poin (bps) menjadi 4,25% – 4,5% pada Desember kini sebesar 75,8%, sementara naik 25 bps menjadi 4,5 – 4,75% sebesar 24,2%.

Pasar kembali menebak-nebak, apakah The Fed masih akan terus agresif atau mulai mengendur. Saat pelaku pasar percaya bahwa The Fed akan tetap agresif, perdagangan saham-saham yang rentan terhadap resesi dan tingkat suku bunga yang lebih tinggi patut dicermati.

Sebagai informasi, Bursa Efek New York akan ditutup pada hari Kamis untuk Thanksgiving, dan hari perdagangan akan dipersingkat pada hari Jumat. Minggu ini, investor akan mencerna pidato lebih lanjut dari para pemimpin Federal Reserve serta laporan pendapatan dari Best Buy, Nordstrom, Dick’s Sporting Goods, dan Dollar Tree.

TIM RISET CNBC INDONESIA


Artikel Selanjutnya


Pertalite Mau Naik, IHSG Sesi I Drop Nyaris 1%

(aum)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts