gep-indonesia.org

Inflasi Melandai, BI Tak Agresif Lagi Naikkan Suku Bunga?

Jakarta, CNBC Indonesia – Inflasi Indonesia melandai pada November 2022. Inflasi yang melandai diperkirakan akan membantu Bank Indonesia untuk mulai mengerem kebijakan moneter agresifnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi pada November tercatat 0,09% (mont to month/mtm). Secara tahunan (year on year/yoy), inflasi melandai dari 5,95% pada September menjadi 5,71% pada Oktober dan 5,42% pada November 2022.

Inflasi inti turun tipis menjadi 3,30 % (yoy) pada November dari 3,31% pada Oktober. Pergerakan inflasi inti menjadi salah satu pertimbangan utama BI dalam menentukan kebijakan moneternya.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO RESUME CONTENT





Seperti diketahui, BI sudah mengerek suku bunga acuan sebesar 175 bps pada tahun ini menjadi 5,25%. Suku bunga dinaikkan sebesar 25 bps pada Agustus dan masing-masing sebesar 50 bps pada September-November.

Kenaikan sebesar 175 bps dalam empat bulan ini adalah yang paling agresif yang pernah dilakukan BI sejak 2005.

Ekonom BCA Barra Kukuh Mamia memperkirakan inflasi inti akan melandai menjelang akhir tahun karena ada indikasi perlambatan permintaan. Barra mengatakan kenaikan harga beras memang menjadi kekhawatiran menjelang akhir tahun. Namun, harga diperkirakan akan melandai.

BCA memperkirakan inflasi hanya akan menyentuh 5,6% pada 2022 dan kemudian melandai menjadi 3,7-4,0% untuk 2023. Proyeksi inflasi untuk 2022 ini jauh lebih rendah dibandingkan sebelumnya yang berada di kisaran 6-7%.





Dia juga mengingatkan perlambatan inflasi dalam negeri juga sejalan dengan tren global di mana laju inflasi yang semula sangat kencang kini mulai menurun.

“Melambatnya inflasi dalam negeri dan luar negeri menjadi sinyal bagi BI untuk mempertimbangkan mulai mengerem kenaikan suku bunga,” tutur Barra, dalam laporannya CPI: Disinflation comes early.

Dia menambahkan pernyataan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve yang siap mengerek suku bunga lebih moderat juga akan membantu BI untuk mulai mengerem kebijakan agresifnya.

Sumber: www.cnbcindonesia.com

Exit mobile version