Inflasi AS Melandai Lagi, Bursa Asia Dibuka Cerah

Jakarta, CNBC Indonesia – Bursa Asia-Pasifik dibuka cenderung menguat pada perdagangan Rabu (14/12/2022), di tengah melandainya kembali inflasi Amerika Serikat (AS) periode November 2022.

Read More

Indeks Nikkei 225 Jepang dibuka naik 0,18%, Hang Seng Hong Kong menguat 0,73%, Shanghai Composite China juga naik 0,1%, Straits Times Singapura terapresiasi 0,53%, ASX 200 Australia bertambah 0,21%, dan KOSPI Korea Selatan tumbuh 0,35%.

Dari Jepang, kepercayaan bisnis di antara pabrikan besar Jepang memburuk di kuartal IV-2022, di tengah meningkatnya biaya hidup dan perlambatan ekonomi global.

Pada kuartal IV-2022, survei Tankan dengan indeks manufaktur besar turun menjadi 7, dari sebelumnya pada kuartal III-2022 di angka 8.

Tankan merupakan survei ekonomi jangka pendek perusahaan di Jepang yang dilakukan oleh bank sentral Jepang yang bertujuan untuk memberikan gambaran yang akurat tentang tren bisnis perusahaan di Jepang, sehingga berkontribusi pada implementasi kebijakan moneter yang tepat.

Bursa Asia-Pasifik cenderung cerah, mengikuti Wall Street pada perdagangan kemarin, setelah dirilisnya data inflasi periode November 2022 yang kembali melandai dan lebih baik dari ekspektasi pasar.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup menguat 0,16%, S&P 500 bertambah 0,58%, dan Nasdaq Composite terapresiasi 0,85%.

Data inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) atau indeks harga konsumen (IHK) AS periode November 2022 telah dirilis. Hasilnya kembali melandai dan lebih baik dari ekspektasi pasar.

Berdasarkan data dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS, IHK AS pada bulan lalu mencapai 7,1% secara tahunan (year-on-year/yoy). Inflasi tersebut turun dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 7,7% (yoy). Hasil itu sekaligus menandai penurunan inflasi selama 5 bulan berturut-turut.

Tak hanya itu, inflasi tersebut lebih rendah dari proyeksi pasar dalam polling Reuters yang memperkirakan IHK turun menjadi 7,3% (yoy).

Adapun, IHK AS mencapai puncaknya pada tahun ini sebesar 9,1% (yoy) pada Mei lalu. Setelah itu, IHK berangsur turun seiring dengan penurunan harga di sejumlah sektor dan kebijakan fiskal yang terus diperketat.

Meskipun demikian, IHK diperkirakan masih akan di atas 6%, jauh di atas target bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) sebesar 2%.

Tekanan terbesar masih datang dari sektor jasa, sementara harga barang mulai menunjukkan penurunan seiring dengan membaiknya rantai pasok.

IHK inti, yang tidak termasuk harga bergejolak, tercatat sebesar 6% (yoy) pada November 2022. Hasil tersebut sedikit turun dari bulan sebelumnya sebesar 6,3% (month-to-month/mtm) dan di bawah ekspektasi sebesar 6,1% (mtm).

Sementara itu, secara bulanan (mtm), IHK AS tercatat sebesar 0,1%, lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 0,4% (mtm) dan juga di bawah proyeksi sebesar 0,3% (mtm).

“Itu adalah kejutan besar dan pasar bereaksi positif, sesuai dengan perkiraan sebelumnya,” kata Steve Sosnick, kepala strategi di Interactive Brokers, dikutip dari CNBC International.

IHK yang kembali melandai dapat memainkan peran kunci dalam keputusan kenaikan suku bunga The Fed berikutnya, di mana The Fed akan mengumumkan kebijakan suku bunga acuan terbaru pada Kamis dini hari waktu Indonesia, atau setelah rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC).

Meski inflasi kembali melandai, tetapi pasar masih memperkirakan The Fed masih akan menaikkan suku bunga acuannya pada pertemuan Desember, meski laju kenaikannya cenderung menurun.

Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar melihat The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin (bp) menjadi 4,25%-4,5% dengan probabilitas sebesar 79,4%.

The Fed sudah menaikkan suku bunga acuan secara agresif sebesar 375 bp sepanjang tahun ini menjadi 3,75-4,0%.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Kabar Baik Buat IHSG, Wall Street Cerah, Bursa Asia Meroket!

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts