Ikuti Wall Street, Bursa Asia Dibuka Cerah! IHSG Ikutan?

Jakarta, CNBC Indonesia – Mayoritas bursa Asia-Pasifik dibuka cenderung menguat pada perdagangan Jumat (28/4/2023), menyusul bursa saham Amerika Serikat (AS) meski perekonomiannya cenderung lesu.

Read More

Per pukul 08:30 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang menguat 0,47%, Hang Seng Hong Kong melesat 0,81%, Shanghai Composite China naik tipis 0,09%, ASX 200 Australia bertambah 0,44%, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,49%.

Namun untuk indeks Straits Times Singapura dibuka turun 0,14% pada hari ini.

Pelaku pasar di Asia-Pasifik menanti hasil pertemuan kebijakan moneter bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) pada hari ini, di mana pertemuan ini menjadi yang pertama kali di masa kepemimpinan gubernur BoJ baru, Kazuo Ueda.

Ueda diperkirakan akan mempertahankan kebijakan moneter yang sangat longgar dari pendahulunya yakni Haruhiko Kuroda. Dalam hal ini, suku bunga BoJ masih akan bertahan di level minus 0,1%.

Bursa Asia-Pasifik yang secara mayoritas cenderung cerah terjadi di tengah bergairahnya bursa saham AS, Wall Street kemarin, meski perekonomiannya cenderung lesu.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melesat 1,57% dan S&P 500 melejit 1,96%, dan Nasdaq Composite meroket 2,91%.

Ketiga bursa melesat ditopang oleh kinerja perusahaan teknologi yang cemerlang. Kinerja tersebut mampu menghapus sentimen negatif yang datang dari perlambatan ekonomi AS.

Tiga raksasa teknologi yakni Microsoft, Google, dan Facebook membukukan kinerja keuangan yang jauh di atas ekspektasi pasar pada Januari-Maret 2023.

Pendapatan Microsoft naik 7% menjadi US$ 52,9 miliar pada Januari- Maret 2023.

Pendapatan tersebut lebih besar dibanding proyeksi analis yakni US$ 51,02 miliar ataupun tahun lalu yang tercatat US$ 49 miliar.

Induk Facebook, MetaPlatforms, melaporkan pendapatan sebesar US$ 28,65 miliar pada kuartal I-2023, lebih tinggi dibandingkan proyeksi analis yakni US$ 27,65 miliar.

Sementara itu, induk Google, Alphabet, mencatat kenaikan pendapatan 3% menjadi US$ 69,8 miliar. Pendapatan tersebut lebih besar dari proyeksi analis yakni US$ 68,9 miliar.

Cemerlangnya kinerja perusahaan membuat saham ketiganya terbang.

Membaiknya kinerja keuangan membuat proyeksi profit dari kinerja perusahaan S&P membaik, Pasar kini memperkirakan earnings dari perusahaan di bursa S&P hanya akan turun 2,4%, dibandingkan turun 5,1% pada dua pekan lalu.

Namun, data ekonomi AS yang memburuk membuat antusiasme pasar cenderung tertahan.

Departemen Perdagangan AS melaporkan ekonomi AS tumbuh melandai 1,1% (year on year/yoy) pada kuartal I-2023, lebih rendah dibandingkan estimasi yakni 2%.

Pertumbuhan pada Januari-Maret 2023 juga jauh lebih rendah dibandingkan pada kuartal IV-2022 yang tercatat 2,6%.

Kendati melandai, ekonomi AS tetap tumbuh dalam tiga kuartal secara berturut-turut.

Melandainya pertumbuhan lebih disebabkan oleh melemahnya investasi. Suku bunga yang tinggi membuat ongkos pinjaman naik sehingga pelaku bisnis mengendurkan ekspansi.

Perlambatan investasi ini menunjukkan jika ekonomi AS sudah mulai terdampak oleh kebijakan ketat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Sebagai catatan, The Fed telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 475 bps menjadi 4,75-5,0% dalam setahun terakhir.

Sebaliknya, konsumsi masih sangat kencang. Konsumsi rumah tangga tumbuh 3,7% (yoy) pada kuartal I-2023, jauh lebih tinggi dibandingkan 1% pada kuartal IV-2022.

Masih panasnya pasar tenaga kerja AS menjadi salah satu alasan mengapa konsumsi masih tetap tinggi di tengah lonjakan inflasi.

Sebagai catatan, inflasi AS memang melanda menjadi 5% (yoy) pada Maret 2023 tetap angkanya masih jauh di atas target The Fed di kisaran 2%.

Pertumbuhan yang melandai sementara di sisi lain inflasi masih tinggi inilah yang membuat ekonomi Negara Paman Sam terancam masuk ke fase “stagflasi”.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Kode Buat IHSG Bursa Asia Hjau, Hang Seng Sudah Melesat 2%

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts