IHSG Mulai ‘Sembuh’, Melesat Nyaris 1,5%

Jakarta, CNBC Indonesia – Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan ini terbilang cukup baik, di mana IHSG sepanjang pekan ini terpantau melesat.

Read More

Sepanjang pekan ini, Indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut melesat 1,45% secara point-to-point (ptp), lebih baik dari posisi pekan sebelumnya yang ambruk 4,34%. Dengan ini, maka IHSG berhasil mengakhiri koreksinya dalam 4 pekan beruntun.

Pada perdagangan Jumat (16/12/2022) kemarin, IHSG juga ditutup menguat 0,89% ke posisi 6.812,19. IHSG pun kembali diperdagangkan di level psikologis 6.800.

Dalam harian sepanjang pekan ini, IHSG cenderung volatil, di mana pada perdagangan Senin dan Selasa, IHSG menguat. Kemudian pada perdagangan Rabu dan Kamis, IHSG terkoreksi dan pada Jumat kemarin, IHSG kembali menguat.

Selama sepekan, nilai transaksi IHSG mencapai Rp 60,7 triliun. Sayangnya, investor asing tercatat masih melakukan aksi jual bersih (net sell) mencapai Rp 4,74 triliun di pasar reguler sepanjang pekan ini.

IHSG cenderung membaik pada pekan ini karena saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) tidak terlalu memberatkan indeks seperti pada pekan lalu, meski pergerakannya masih cenderung melemah.

Pada pekan ini, saham GOTO juga cenderung volatil, di mana saham super apps ini diperdagangkan di kisaran Rp 90 – Rp 100 per unit.

Sebelumnya pada pekan lalu, saham GOTO terus mencatatkan koreksi parah hingga menyentuh batas auto reject bawah (ARB) berjilid-jilid. Bahkan pada pekan lalu, saham GOTO selalu menjadi pemberat IHSG karena bobotnya yang cukup besar, apalagi GOTO terus mencetak ARB.

Namun pada pekan ini, saham GOTO mulai membaik, di mana pada perdagangan Selasa lalu, saham GOTO sempat melesat nyaris 15%. Meski pada perdagangan setelah Selasa GOTO kembali terkoreksi, tetapi tidak separah pada pekan lalu.

Selain itu, membaiknya IHSG juga disebabkan karena inflasi di Amerika Serikat (AS) kembali melandai dan adanya pelonggaran laju kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Sebelumnya pada Selasa lalu, inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) atau indeks harga konsumen (IHK) di AS pada November 2022 dilaporkan kembali melandai.

Berdasarkan data dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS, IHK AS pada bulan lalu mencapai 7,1% secara tahunan (year-on-year/yoy). Inflasi tersebut turun dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 7,7% (yoy). Hasil itu sekaligus menandai penurunan inflasi selama 5 bulan berturut-turut.

Tak hanya itu, inflasi tersebut lebih rendah dari proyeksi pasar dalam polling Reuters yang memperkirakan IHK turun menjadi 7,3% (yoy).

Adapun, IHK AS mencapai puncaknya pada tahun ini sebesar 9,1% (yoy) pada Mei lalu. Setelah itu, IHK berangsur turun seiring dengan penurunan harga di sejumlah sektor dan kebijakan fiskal yang terus diperketat.

Meskipun demikian, IHK diperkirakan masih akan di atas 6%, jauh di atas target The Fed sebesar 2%.

Tekanan terbesar masih datang dari sektor jasa, sementara harga barang mulai menunjukkan penurunan seiring dengan membaiknya rantai pasok.

IHK inti, yang tidak termasuk harga bergejolak, tercatat sebesar 6% (yoy) pada November 2022. Hasil tersebut sedikit turun dari bulan sebelumnya sebesar 6,3% (month-to-month/mtm) dan di bawah ekspektasi sebesar 6,1% (mtm).

Sementara itu, secara bulanan (mtm), IHK AS tercatat sebesar 0,1%, lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 0,4% (mtm) dan juga di bawah proyeksi sebesar 0,3% (mtm).

Tak hanya dari inflasi saja, The Fed yang benar-benar mengurangi laju kenaikan suku bunga acuannya juga menjadi sinyal positif bagi IHSG.

Pada Kamis dini hari waktu Indonesia, The Fed kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar setengah poin persentase atau 50 basis poin (bp) pada pertemuan terakhir di tahun 2022, sesuai dengan prediksi pasar sebelumnya, sehingga suku bunga acuan kini berada di kisaran 4,25% – 4,5%.

Dengan ini, maka The Fed sudah menaikkan suku bunga acuannya hingga 425 bp sepanjang tahun ini. Sebelum pertemuan terakhir, The Fed sempat menaikkan suku bunga acuannya hingga 75 bp dalam empat kali beruntun.

Namun menjelang akhir pekan ini, pasar kembali khawatir dengan potensi resesi, setelah The Fed mengisyaratkan bahwa sikap hawkish-nya akan bertahan hingga tahun depan.

The Fed memproyeksikan bahwa Federal Fund Rates akan mencapai puncaknya pada 5,1% tahun depan, lebih tinggi dari perkiraan pasar.

Dengan masih hawkish-nya The Fed hingga tahun depan, maka potensi resesi di AS semakin tidak terhindarkan. Hal ini karena dapat mempengaruhi tingkat belanja konsumen, karena suku bunga yang tinggi membuat konsumen cenderung menahan konsumsinya dan lebih memilih untuk menabung.

Sikap hawkish The Fed pun telah berimbas ke sektor ritel, di mana penjualan ritel AS pada bulan lalu kembali lesu, yakni menjadi 0,6%, dari sebelumnya sebesar 1,3% pada Oktober lalu.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Review IHSG Sepekan: Kebal Biarpun Dunia ‘Chaos’

(chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts