IHSG Loyo Lagi, 4 Saham Big Cap Ini Jadi Penyebabnya

Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau melemah pada perdagangan sesi I Rabu (22/2/2023), di tengah memburuknya kembali sentimen pasar global pada hari ini.

Read More

Per pukul 10:00 WIB, IHSG melemah 0,36% ke posisi 6.848,33. IHSG saat ini bergerak di rentang 6.842,82 – 6.875,39.

Beberapa saham menjadi pemberat laju pergerakan indeks pada perdagangan sesi I hari ini. Berikut saham-saham yang menjadi pemberat (laggard) IHSG hari ini.






Emiten Kode Saham Indeks Poin Harga Terakhir Perubahan Harga
GoTo Gojek Tokopedia GOTO -5,71 119 -1,65%
Bank Negara Indonesia BBNI -2,86 8.875 -1,93%
Kalbe Farma KLBF -2,48 2.220 -3,06%
Bank Rakyat Indonesia BBRI -2,45 4.800 -0,41%

Sumber: Refinitiv & RTI

Saham emiten teknologi super apps yakni PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) kembali menjadi pemberat terbesar IHSG pada perdagangan sesi I hari ini yakni mencapai 5,71 indeks poin.

Sedangkan di posisi kedua, ada saham emiten perbankan berkapitalisasi pasar besar (big cap) yakni PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), yang turut memperberat IHSG sebesar 2,86 indeks poin.

Terakhir, ada saham emiten perbankan dengan kapitalisasi pasar terbesar kedua di bursa yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang memperberat indeks sebesar 2,45 indeks poin.

Hingga kini, investor masih cenderung belum bersemangat untuk kembali berinvestasi di pasar saham RI. Apalagi, sentimen pasar global yang kembali memburuk turut memperparah psikologis pasar.

Sentimen buruk salah satunya bersumber dari bursa acuan Amerika Serikat (AS), Wall Street, di mana ketiga indeks utama Wall Street anjlok hingga 2% karena sentimen suku bunga yang lebih tinggi menekan sentimen pasar.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup ambruk 2,06%, S&P 500 anjlok 2%, dan NASDAQ Composite longsor 2,5%.

Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) tenor 10 tahun naik menjadi 3,9%, sedangkan yield Treasury tenor 2 tahun naik menjadi 4,69%. Yield yang naik karena para investor bergulat dengan data inflasi yang lebih panas dari perkiraan.

Para pelaku pasar khawatir inflasi yang “membandel” akan menyebabkan bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama, yang dapat menyebabkan ekonomi resesi.

Meski begitu, ekonomi Indonesia diprediksi terus bertumbuh meski ekonomi dunia terguncang pada tahun 2023. Pemerintah telah menetapkan target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3% – 5,7%, dengan desain Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPKF).

Dengan sejumlah regulasi baru seperti Undang-undang Cipta Kerja, UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan, dan UU Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan, pemerintah siap menjaga ketahanan ekonomi dari tekanan global.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Saham Orang Terkaya RI Bikin IHSG Batal Menghijau

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts