gep-indonesia.org

IHSG Harap-harap Cemas Nantikan Keputusan Suku Bunga BI

Jakarta, CNBC Indonesia Pasar keuangan Tanah Air ditutup tertekan pada perdagangan Rabu (16/11) kemarin. Hari terakhir perhelatan KTT G20 nyatanya tidak mampu membawa kabar gembira dengan Harga Saham Gabungan (IHSG) terdepresiasi, rupiah kembali diperdagangkan lebih rendah, serta mayoritas Surat Berharga Negara (SBN) dilepas oleh investor.

Indeks bursa saham acuan Tanah Air, IHSG melemah 0,30% pada penutupan perdagangan kemarin namun masih mampu bertahan di level 7.000, tepatnya berakhir di posisi 7.014,384. IHSG secara eksklusif bergerak di zona merah dan sempat terkoreksi 1% pada satu waktu selama perdagangan intraday.



ADVERTISEMENT


SCROLL TO RESUME CONTENT

Penguatan IHSG hari ini sejalan dengan pergerakan bursa utama Asia lain yang juga berakhir di zona merah, kecuali indeks acuan bursa Jepang dan India.

IHSG yang cenderung bergerak sideways sepanjang pekan ini tampaknya disebabkan oleh geliat investor yang masih menunggu keputusan BI terkait pengetatan kebijakan moneter yang akan diumumkan hari ini. Investor dan pedagang yang waswas akhirnya tidak mampu menggerakkan perdagangan ke zona positif, meskipun terdapat sejumlah sentimen positif baik dari data makroekonomi hingga perhelatan KTT G-20.

Aktivitas bursa kemarin sedikit lebih sepi dari hari sebelumnya, dengan nilai transaksi IHSG tercatat senilai Rp 13,31 triliun, melibatkan 23,24 miliar saham dan berpindah tangan 1,33 juta kali. Investor asing kembali melakukan aksi jual bersih (net sell) dalam tiga hari beruntun yang kemarin nilainya mencapai 1,37 triliun. Pada dua hari pertama pekan ini net sell asing masing-masing tercatat senilai Rp 1,12 triliun dan Rp 357,88.

Aksi jual asing utamanya terjadi di saham blue chip, dengan tiga saham paling diobral asing secara berurutan dari yang terbesar adalah Bank Central Asia (BBCA), Telkom Indonesia (TLKM) dan Bank Rakyat Indonesia (BBRI).

Sementara dua emiten batu bara yakni United Tractors dan Indo Tambangraya Megah (ITMG) menjadi yang paling diminati asing dengan net buy masing-masing Rp 37,5 miliar dan Rp 34 miliar.

Selanjutnya dari pasar keuangan lain, mata uang Garuda kembali keok melawan dolar AS untuk hari ketiga beruntun. Kemarin rupiah berakhir melemah 0,42% ke Rp 15.600/US.

Rupiah kembali keok salah satunya karena pasar masih bertaruh bahwa The Fed akan tetap menaikkan suku bunga secara moderat. Ekonom Senior Chatib Basri dalam wawancara dengan CNBC Indonesia mengungkapkan setidaknya ada tiga faktor yang membuat dolar mampu mebuat rupiah bertekuk lutut, mulai dari kondisi fundamental ekonomi AS yang dinilai bagus, AS berhasil menjadi negara net eksportir energi, hingga langkah The Fed menjinakkan inflasi lewat kebijakan moneter yang lebih ketat.


Terakhir dari pasar obligasi, mayoritas Surat Berharga Negara (SBN) ditutup melemah, kecuali yang memiliki tenor pendek. Investor tercatat melego SBNyang ditandai dengan naiknya imbal hasil (yield).

Sumber: www.cnbcindonesia.com

Exit mobile version