IHSG Hancur Lebur, 9 Dari 10 Sektor Merah

Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan Rabu (22/2/23) berakhir di 6.809,96 atau terkoreksi tajam 0,92% secara harian.

Read More

Parahnya 353 saham melemah, hanya 173 saham yang mengalami kenaikan dan 190 lainnya stagnan. Perdagangan menunjukkan nilai transaksi sekitar Rp 8,79 triliun dengan melibatkan 16,64 miliar saham. Nilai ini relatif kecil dibandingkan transaksi dua hari sebelumnya yang juga melemah.

Hari ini kinerja IHSG konsisten di wilayah negatif dari awal transaksi hingga penutupan. Artinya, IHSG telah melemah selama tiga hari beruntun. Dalam lima hari perdagangan, gap koreksi semakin melebar menjadi 1,51%. Dengan begitu, IHSG belum menorehkan kinerja positif mingguan. Sejak awal tahun, IHSG masih membukukan penguatan 1,89% (year to date).

Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia via Refinitiv, sembilan dari sepuluh sektor melemah. Sektor kesehatan menjadi sektor yang paling merugikan indeks dengan penurunan hampir 2,5%. Sementara itu, sektor energi terpantau menjadi satu-satunya sektor penahan koreksi, menguat 0,44%.

Saham-saham kesehatan yang melorot termasuk Kalbe Farma turun signifikan 5,68% disusul Mitra Keluarga Karyasehat jatuh 3,23% dan Murni Sadar melandai 1,59%

Tumbangnya IHSG juga tak lepas dari melemahnya saham-saham dengan kapitalisasi raksasa. Gojek Tokopedia dan Bank Mandiri kembali menjadi pemberat (laggard) utama IHSG sekitar 9,5 indeks poin sementara Bank Rakyat Indonesia dan Kalbe Farma masing-masing membebani indeks sebesar 7,41 dan 6,44 indeks poin.

Investor masih cenderung kurang bergairah untuk kembali berinvestasi di pasar saham RI. Apalagi, sentimen pasar global yang kembali memburuk turut memperparah psikologis pasar.

Sentimen buruk salah satunya bersumber dari bursa acuan Amerika Serikat (AS), Wall Street, dimana ketiga indeks utama Wall Street anjlok hingga 2% karena sentimen suku bunga yang lebih tinggi menekan sentimen pasar.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup ambruk 2,06%, S&P 500 anjlok 2%, dan NASDAQ Composite longsor 2,5%.

Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) tenor 10 tahun naik menjadi 3,9%, sedangkan yield Treasury tenor 2 tahun naik menjadi 4,69%. Yield yang naik karena para investor bergulat dengan data inflasi yang lebih panas dari perkiraan.

Para pelaku pasar khawatir inflasi yang “membandel” akan menyebabkan bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama, yang dapat menyebabkan ekonomi resesi.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Cuma PHP Jebol 7.100, IHSG Dibuka Merah

(Muhammad Azwar/ayh)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts