Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia mengalami penurunan signifikan pada perdagangan sesi I hari ini (17/4/23). IHSG anjlok 0,63% menjadi 6.775,89 secara harian.
Sebanyak 280 saham melemah, 223 saham menguat sementara 204 lainnya mendatar. Hingga istirahat siang, nilai transaksi mencapai sekitar Rp 4,65 triliun dengan melibatkan 9,5 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 749 ribu kali.
Mayoritas Bank Buku IV terpantau melemah. Saham milik Bank Rakyat Indonesia turun 2,07% disusul Bank Mandiri dan Bank Central Asia yang melemah masing-masing 1,44% dan 0,56% secara berurutan. Sementara itu, Bank Negara Indonesia terpantau stagnan alias tidak bergerak.
Berdasarkan catatan dari Bursa Efek Indonesia (BEI) via Refinitiv, sebagian besar sektor melemah dengan sektor Finansial memimpin pelemahan lebih dari satu persen.
Perdagangan pasar saham di Indonesia yang hanya berlangsung selama dua hari pada pekan ini menjelang lebaran membuat suasananya cenderung sepi, sehingga pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga masih cenderung sideways, meski terlihat terkoreksi.
Selain itu, koreksi IHSG juga mengikuti pergerakan bursa global seperti Amerika Serikat (AS) pada akhir pekan lalu dan bursa Asia-Pasifik pada hari ini.
Tiga indeks utama Wall Street kompak berakhir di zona merah pada perdagangan akhir pekan lalu Jumat (14/3/2023). Indeks Dow Jones Industrial Average turun 143,22 poin atau 0,42% menjadi 33.886,47. indeks S&P 500 turun 8,58 poin atau 0,21% ke level 4.137,64. Dan indeks Nasdaq Composite melorot 42,81 poin atau 0,35%, menjadi 12.123,47.
Investor masih cenderung khawatir bahwa data ekonomi dan tenaga kerja yang telah dirilis pekan lalu masih menunjukkan beragam.
Sejumlah data ekonomi AS seperti penjualan ritel, produksi industri dan sentimen konsumen pun masih bervariasi dan memperkuat harapan bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan menaikkan suku bunga 25 basis poin (bp) lagi pada pertemuan kebijakan bulan depan.
Ekspektasi tersebut digarisbawahi oleh Presiden The Fed Atlanta Raphael Bostic, yang mengatakan kenaikan bunga 25 bp dapat memungkinkan The Fed untuk mengakhiri siklus pengetatannya.
Namun, para investor saat ini tetap bertaruh bahwa The Fed bakal mengambil jalur dovish, dengan pemangkasan suku bunga diproyeksikan dimulai musim panas nanti.
Di lain sisi, para investor akan menunggu efek kick off musim laporan laba (earnings season) perusahaan AS terhadap Wall Street dan bursa global.
Sebagian investor percaya musim laporan keuangan perusahaan AS, terutama perbankan kakap, yang solid bisa menjadi pendongkrak saham.
Wajar saja, sektor perbankan menjadi sorotan usai kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB) cs dan kasus merger raksasa bank Swiss Credit Suisse ke UBS pada Maret lalu.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Jurang IHSG Makin Dalam, Berapa Ujungnya?
(Muhammad Azwar/ayh)
Sumber: www.cnbcindonesia.com