Hingga Sesi II, 12 Saham Ambles & ARB, Ini Daftarnya

Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau melemah pada penutupan perdagangan sesi II Jumat (17/2/2023), seiring memanasnya kembali inflasi di Amerika Serikat (AS) dan masih kuatnya data tenaga kerja AS.

Read More

Per pukul 13:56 WIB, IHSG melemah 0,25% ke posisi 6.878,46. IHSG saat ini bergerak di rentang 6.868,28 – 6.919,09.

Hingga sesi II hari ini, setidaknya ada 12 saham yang ambles dan sudah menyentuh batas auto reject bawah (ARB).

Berikut saham-saham yang ambles dan sudah menyentuh ARB hingga perdagangan sesi II hari ini.














Emiten Kode Saham Harga Terakhir Perubahan Harga
Hoffmen Cleanindo KING 106 -10,00%
Metropolitan Kentjana MKPI 28.250 -7,00%
Arthavest ARTA 2.040 -6,85%
Surya Semesta Internusa SSIA 408 -6,85%
Makmur Berkah Amanda AMAN 750 -6,83%
Grand House mulia HOMI 246 -6,82%
Fortune Mate Indonesia FMII 356 -6,81%
Andalan Sakti Primaindo ASPI 126 -6,67%
Hetzer Medical Indonesia MEDS 183 -6,63%
Aman Agrindo GULA 368 -6,60%
Radana Bhaskara Finance HDFA 185 -6,57%
Transkon Jaya TRJA 290 -6,45%

Sumber: Refinitiv

Saham emiten jasa cleaning service, security, washroom hygiene, dan parkir melalui anak perusahaan yang baru melantai di bursa kemarin yakni PT Hoffmen Cleanindo Tbk (KING) kembali menjadi yang paling parah koreksinya, yakni ambruk hingga 10% ke posisi Rp 106/saham dan sudah mencetak ARB sejak awal perdagangan hari ini.

Nasib saham KING pun tak seberuntung dengan saham IPO pada umumnya yang akan melesat dan menyentuh batas auto reject atas (ARA) pada debut perdananya dan beberapa hari setelah listing di bursa.

Berikutnya ada saham emiten properti Pondok Indah Group yakni PT Metropolitan Kentjana Tbk (MKPI) yang anjlok 7% ke posisi Rp 28.250/saham.

Selain itu, beberapa saham IPO 2022-2023 juga kembali masuk ke jajaran saham ARB pada hari ini, seperti saham PT Hetzer Medical Indonesia Tbk (MEDS) dan saham PT Aman Agrindo Tbk (GULA).

IHSG kembali terkoreksi setelah pasar melihat bahwa inflasi di AS kembali memanas dan data tenaga kerja AS juga masih cukup kuat.

Melansir CNBC International, indeks harga produsen (producer price index/PPI) AS per Januari lalu, yang menjadi indikator inflasi selain indeks harga konsumen (consumer price index/CPI) naik 0,7%.

Angka tersebut berada di atas ekspektasi ekonom yang disurvei Dow Jones sebesar 0,4%. Selain itu, data klaim pengangguran awal pada periode mingguan yang berakhir pada 11 Februari secara tak terduga mengalami penurunan.

Sementara itu, data klaim pengangguran mingguan untuk pekan yang berakhir 11 Februari turun menjadi 194.000 klaim, dari pekan sebelumnya sebesar 195.000 klaim. Angka ini juga lebih rendah dari prediksi pasar yang memperkirakan klaim bertambah menjadi 200.000.

Dengan turunnya data klaim pengangguran tersebut, maka dapat dikatakan bahwa data tenaga kerja di Negeri Paman Sam masih cukup kuat dan hal inilah yang membuat investor kembali khawatir bahwa inflasi di AS akan lebih sulit untuk turun, atau bahkan kembali naik.

Hal ini juga membuat pasar kembali berekspektasi bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) tidak akan mengubah sikap hawkish-nya dalam waktu dekat, selama inflasi kembali memanas dan data tenaga kerja masih cukup kuat.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Investor Ritel Gigit Jari, Emiten Pendatang Baru ARB Jamaah

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts