Harga Minyak Dunia Gagal Mendidih Karena China Kurang Tenaga

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga minyak terpantau terkoreksi pada awal perdagangan Selasa (2/5/2023) menyusul kabar buruk dari China.

Read More

Harga minyak mentah WTI melemah hingga 0,11% ke posisi  US$75,58 per barel sementara harga minyak mentah brent  juga dibuka melemah 0,11% ke posisi US$79,27 per barel.

Pelemahan ini memperpanjang tren negatif minyak dunia yang juga terperosok pada hari sebelumnya.

Pada perdagangan Senin (1/5/2023), minyak brent melemah 0,29% ke posisi US$ 79,31 per barel sementara minyak WTI ditutup ambruk 1,5% ke posisi US$ 75,66 per barel. 

Harga minyak turun setelah data ekonomi yang lemah dari China dan tingginya ekspektasi kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS).

Aktivitas manufaktur China yang tercermin dalam The purchasing managers’ index (PMI) secara tak terduga turun pada bulan April 2023. Ini adalah kontraksi pertama sejak Desember 2022.

PMI China ada di 49,2 pada April dari 51,9 pada Maret 2023. Artinya, aktivitas manufaktur China tidak dalam fase ekspansifnya.

“Pasar sangat bergantung dengan apa yang terjadi di China, dan berita paling real time dari sektor manufaktur sangat mengecewakan,” ucap analis Third Bridge Peter McNally, dikutip dari Reuters.

Dia mengingatkan China diharapkan menjadi faktor terbesar yang mendorong pertumbuhan permintaan minyak tahun ini setelah Tiongkok membuka perbatasan dan melonggarkan kebijakan Covid-19.

Sementara itu, bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) akan menggelar pertemuan pada 2-3 Mei.

The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin lagi. Ekspektsi ini membuat indeks dolar menguat terhadap beberapa mata uang, membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

“Kami terus bergantung pada sentimen seputar pemulihan China atau kekurangan pasokannya, sementara sentimen kebijakan moneter yang sedang berlangsung di AS membuat kami berada di ranah ‘buruk itu baik’ ketika muncul data ekonomi atau arus berita,” ucap Analis Kpler, Matt Smith.

Ketakutan krisis perbankan telah membebani minyak dalam beberapa pekan terakhir. Regulator AS bahkan menyita First Republic Bank pada akhir pekan menjelang kesepakatan di mana JPMorgan membeli sebagian besar asetnya.

Kondisi ini meningkatkan kekhawatiran pasar karena sebelumnya tiga bank AS kolaps yakni Signature Bank, Silvergate Bank, dan Silicon Valley Bank (SVB).

Krisis perbankan dikhawatirkan memicu resesi di AS sehingga permintaan minyak akan melandai.

Harga minyak juga dipengaruhi oleh Pemotongan produksi sukarela sekitar 1,16 juta barel per hari oleh anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutu termasuk Rusia yakni OPEC+, yang  akan berlaku mulai Mei.

Harga minyak sedikit tertolong oleh membaiknya aktivitas manufaktur AS sejalan dengan meningkatnya permintaan baru dan lapangan kerja yang pulih kembali.

“Rugi harga minyak mentah berkurang karena adanya optimisme jika ekonomi akan menguat. “Drama’ perbankan mulai berlalu dan tanda-tanda aktivitas pabrik mulai membaik,” ucap analis OANDA Edward Moya.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Harga Minyak Mentah Labil, Naik Turun Kayak Roller Coaster

(saw/saw)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts