Harga Emas ‘Ogah-ogahan’ Naik, Kapan Bisa Ngegas Lagi?

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas dunia pada perdagangan pekan ini terpantau melemah, setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) mengindikasikan lebih banyak kenaikan suku bunga diperlukan untuk mengekang inflasi.

Read More

Sepanjang pekan ini, harga emas terkoreksi 0,3% secara point-to-point (ptp).

Namun pada penutupan perdagangan Jumat (16/12/2022) kemarin, harga emas acuan dunia di pasar spot tercatat US$ 1.792,34 per troy ons, menguat 0,88% dibandingkan posisi sehari sebelumnya.

Melemahnya emas dunia pada pekan ini terjadi karena bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) masih akan bersikap hawkish hingga tahun depan atau hingga inflasi mendekati targetnya di 2%.

Sebelumnya pada Kamis dini hari waktu Indonesia, The Fed kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin (bp) menjadi kisaran 4,25% – 4,5%. Kenaikan ini sudah sesuai dengan prediksi pasar sebelumnya.

Dengan ini, maka The Fed sudah menaikkan suku bunga acuannya hingga 425 bp sepanjang tahun ini. Sebelum pertemuan terakhir, The Fed sempat menaikkan suku bunga acuannya hingga 75 bp dalam empat kali beruntun.

Bahkan, The Fed memproyeksikan bahwa Federal Fund Rates akan mencapai puncaknya pada 5,1% tahun depan, lebih tinggi dari perkiraan pasar.

“Banyak trader berfokus pada The Fed dan ECB, yang mengisyaratkan lebih banyak pengetatan, dan kami telah melihat imbal hasil obligasi global naik secara signifikan, dan itulah mengapa emas mengalami penurunan mingguan,” kata Edward Moya, analis senior OANDA, dikutip dari Reuters.

Emas memang dianggap sebagai aset lindung nilai (hedging) dari inflasi, tetapi emas juga sensitif terhadap kenaikan suku bunga. Saat suku bunga naik, maka biaya peluang memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil akan meningkat.

Sementara menurut Jim Wyckoff, analis senior di Kitco Metals mengatakan bahwa harga emas menguat di akhir perdagangan pekan ini karena pemantulan korektif dari tekanan jual yang kuat di sesi sebelumnya.

“Emas mungkin mendapatkan tawaran safe-haven ringan karena AS dan pasar saham global melakukan aksi jual setelah bank sentral utama yang masih hawkish,” ujar Wyckoff.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Dilibas Dolar AS, Harga Emas Kian Terpuruk

(chd/luc)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts