Gokil, Duit Asing Udah Cabut Rp 24 T Dari Saham

Jakarta, CNBC Indonesia – Berdasarkan catatan Mandiri Sekuritas, total aliran modal asing keluar telah mencapai USD 1,6 miliar sejak Nov-2022.

Read More

Sedangkan aliran modal masuk bersih sebesar USD 2,1 miliar selama 2H21 (6 bulan yang berakhir di 30 Juni 2021) dan USD 4,0 miliar di 10M22. Indeks IHSG turun 3,9%, IDX80 turun 4,1%, dan LQ45 turun 4,5% YTD (year to date).

Hal ini menunjukkan adanya kelanjutan penurunan pada IHSG, IDX80, dan LQ45 masing-masing sebesar 0.2%, 1.4%, 0.6% di November 2022 dan 3.3%, 7.4%, 7,1% pada Desember 2022. Mandiri Sekuritas meyakini bahwa valuasi sudah ringan, tetapi volatilitas diperkirakan akan tetap tinggi. Hal itu didasari oleh daya tarik Indonesia yang relatif memudar mengingat pembukaan kembali Cina dan harga komoditas yang lebih rendah.

PE IHSG 13,5 kali sudah berada pada standar deviasi 1,6 di bawah rata-rata 5 tahun. Sementara PE forward di indeks LQ45 sebesar 13,9x berada pada standar deviasi 1,4 di bawahnya.

“Meskipun kami memperkirakan rentang penilaian ekuitas akan menurunkan suku bunga secara struktural, dengan mempertimbangkan inflasi yang lebih tinggi dan suku bunga riil di tengah kekuatan deglobalisasi dan dekarbonisasi, nilai telah mulai muncul secara bottom-up,” jelas Mandiri Sekuritas pada keterangan persnya, dikutip Jumat (13/1/2023).

Lebih lanjut, 2023 diyakini sebagai tahun bottom-up, bukan top-down. Setelah pertumbuhan earning per share (EPS) atau pendapatan per saham yang di atas rata-rata di tengah pembukaan kembali dan siklus super komoditas, Mandiri Sekuritas memperkirakan BUMI akan menghasilkan pertumbuhan pendapatan 2% tahun ini.

“Ini tidak seberapa jika dibandingkan dengan angka negara lain secara top-down, mengingat pendapatan yang tinggi bobot produsen komoditas (hampir 30%) yang diperkirakan akan menghasilkan pertumbuhan EPS negatif tahun ini,”

Tetapi secara bottom up, Mandiri Sekuritas mengatakan saham Indonesia masih menawarkan pertumbuhan pendapatan yang relatif baik, dengan eks-komoditas bumi menawarkan pertumbuhan pendapatan sebesar 17%, sehingga PEG (price/earning to growth) di bawah 1x.

“Pada dasarnya, ekonom kami melihat perlambatan pertumbuhan ekonomi yang jauh lebih tangguh dibandingkan dengan perlambatan global, penguatan mata uang Rupiah (terutama menjelang 2H23), dan pembalikan jinak pada neraca berjalan menjadi hanya defisit 0,7% dibandingkan dengan kisaran pra-pandemi > 2%,” jelasnya.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


PHP di Sesi Pertama, Akankah IHSG Patah Hati di Sesi Dua?

(Zefanya Aprilia/ayh)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts