Jakarta, CNBC Indonesia – Mayoritas bursa Asia-Pasifik dibuka melemah pada perdagangan Rabu (6/9/2023), di tengah melandainya bursa saham Amerika Serikat (AS) kemarin, karena diperberat oleh sentimen harga minyak yang terbang setelah Arab Saudi memutuskan untuk memperpanjang pemangkasan produksi.
Per pukul 08:30 WIB, hanya indeks Nikkei 225 Jepang dan Straits Times Singapura yang bergerak di zona hijau pada pagi hari ini. Nikkei menguat 0,59%, sedangkan Straits Times bertambah 0,3%.
Sementara sisanya bergerak di zona merah. Indeks Hang Seng Hong Kong melemah 0,28%, Shanghai Composite China terkoreksi 0,36%, ASX 200 Australia terpangkas 0,43%, dan KOSPI Korea Selatan terdepresiasi 0,26%.
Dari Australia, data pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2023 akan dirilis pada hari ini. Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan produk domestik bruto (PDB) Australia pada kuartal II-2023 tumbuh 0,3% secara basis kuartalan (quarter-to-quarter/qtq).
Sedangkan secara tahunan (year-on-year/yoy), PDB Negeri Kanguru pada kuartal II-2023 diprediksi hanya tumbuh 1,8%.
Sebelumnya pada kuartal I-2023, PDB Australia tumbuh 0,2% (qtq) dan 2,3% (yoy).
Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang cenderung melemah terjadi di tengah melandainya bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street pada perdagangan Selasa kemarin, setelah pada Senin awal pekan ini libur dalam rangka Hari Buruh (Labour Day) di AS.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melemah 0,56%, S&P 500 terkoreksi 0,42%, dan indeks Nasdaq Composite turun tipis 0,08%.
Wall Street memburuk setelah harga minyak mentah dunia terbang karena Arab Saudi memutuskan untuk memperpanjang pemangkasan produksi.
Harga minyak brent ditutup melesat 1,2% di posisi US$ 90,01 per barel pada Selasa kemarin Ini adalah kali pertama minyak brent menyentuh level US$ 90 per barel sejak 16 November 2022 atau hampir 10 bulan terakhir.
Arab Saudi akan memangkas produksi sebesar 1 juta barel per day (bpd) secara sukarela hingga akhir tahun ini. Pemangkasan tersebut akan mengurangi produksi minyak hingga 9 juta pbd pada Oktober, November, dan Desember.
Rusia juga akan memperpanjang pemangkasan ekspor sebesar 300.000 bpd hingga Desember 2023.
Sebagai catatan, anggota OPEC+ sepakat untuk melakukan pemangkasan minyak secara sukarela sebesar 1,6 juta bpd pada April 2023. Arab Saudi sebelumnya sudah sepakat untuk memangkas produksi sebesar 1 juta bps pada Juli dan keputusan tersebut akan dievaluasi per bulan.
Lonjakan harga minyak membuat Wall Street jatuh karena kenaikan harga minyak akan berimplikasi kepada banyak hal. Lonjakan harga minyak dikhawatirkan akan melambungkan kembali inflasi sehingga harapan melihat bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) melunak semakin menjauh.
Hal tersebut bisa semakin menekan ekonomi AS yang tengah berjuang dari dampak suku bunga tinggi.
“Kenaikan harga minyak akan menekan inflasi. Ini hanya akan membuat The Fed semakin bekerja keras menekan inflasi,” tutur Keith Lerner, co-chief investment officer pada Truist Advisory Services, dikutip dari CNBC International.
Perangkat CME Fedwatch menunjukkan 93% investor yakin The Fed akan menahan suku bunga acuan di 5,25%-5,5% dalam pertemuan September. Sebanyak 7%memperkirakan adanya kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin (bp).
Selain harga minyak, Wall Street juga melemah karena imbal hasil (yield) US Treasury terus melambung. Yield US Treasury tenor 10 tahun kemarin menembus 4,27%, lebih tinggi dibandingkan hari sebelumnya yang tercatat 4,17%.
Di lain sisi, secara historis, Wall Street cenderung merana di September. September sendiri dikenal sebagai bulan yang ‘kejam’ bagi bursa asam hingga muncul istilah ‘cruel September’. Kinerja bursa saham AS biasanya akan jeblok pada September.
Data menunjukkan indeks S&P 500 rata-rata turun 0,54% pada Agustus sejak 1950. Nilai tersebut adalah yang terendah dalam 12 bulan. Selama 20 tahun lebih, rata-rata bursa saham AS turun 0,6%.
Beberapa kali pasar saham AS juga sempat crash pada September termasuk pada ‘bubble.com’ crash pada 2000 dan serangan 9/11 pada 2001.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Bursa Asia Dibuka Loyo, IHSG Bakal Pesta Sendirian Lagi?
(chd/chd)
Sumber: www.cnbcindonesia.com