gep-indonesia.org

Gas Eropa Ambles 85%, Pesta Batu Bara RI Resmi Berakhir

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga acuan gas Eropa ambruk ke bawah 50 euro/MWh dan menyentuh level terendah dalam 17 bulan terakhir. Sejak menyentuh level tertinggi harganya telah ambruk 50% dan menambah tekanan pada komoditas unggulan RI, batu bara.

Pasca meletusnya perang Ukraina-Rusia, Eropa mengalami krisis energi paling suram dan berkepanjangan dengan harga energi utama yang menghangatkan benua Biru tersebut sempat menyentuh 339,20 euro/MWh  pada 26 Agustus lalu. 

Melansir data Refinitiv, pada perdagangan akhir pekan ini,Jumat (17/2/2023), harga gas alam ditutup di posisi 49,05 euro/MWh. Harganya anjlok 5,7% sehari dan 9,1% sepekan.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO RESUME CONTENT

Jika menghitung rekor tertingginya pada 26 Agustus 2022 lalu maka harga gas sudah ambruk 85,5%.

Tahun lalu, kala harga energi melambung, Eropa diestimasi mengalami kerugian ratusan miliar dolar dan mendorong inflasi ke level tertinggi dalam beberapa dekade.

Saat ini, kondisi mulai mengalami perubahan haluan karena cuaca yang relatif hangat serta upaya untuk mengurangi konsumsi energi lewat arus masuk gas alam cair (LNG) dari Amerika Serikat (AS) ke Qatar mulai membuahkan hasil.

Meski demikian, harga gas Eropa masih bisa kembali naik jika terjadi cuaca dingin yang berkepanjangan sebelum akhir musim dingin atau jika terjadi gangguan pasokan.

Persaingan untuk memperebutkan pasokan LNG dengan China dan ekonomi utama Asia lain juga masih dapat mengangkat harga acuan gas Eropa.

Untuk saat ini, cadangan yang relatif melimpah dapat memberikan penyangga bagi Eropa, tanda optimisme bahwa kawasan tersebut dapat melewati musim dingin ini dengan aman.

Pesta Batu Bara Telah Usai?

Pelemahan harga gas Eropa menjadi pukulan telak bagi batu bara yang perdagangannya sebagai energi alternatif murah sangat dipengaruhi oleh pergerakan harga gas baik itu di Eropa maupun di China.

Secara spesifik harga batu bara kembali ambruk dan menyentuh ke level terendah dalam 13 bulan terakhir. Pada perdagangan Jumat (17/2/2023), harga batu bara kontrak dua bulan di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 183 per ton. Harganya ambruk 1,77%.

Harga tersebut adalah yang terendah sejak 12 Januari 2022 atau 13 bulan terakhir. Pelemahan kemarin juga semakin memperpanjang derita batu bara pada Februari ini.

Selain jatuh ke bawah level US$ 200 untuk pertama kalinya sejak perang Rusia-Ukraina, harga batu bara juga sudah ambruk 23,7% sepanjang bulan ini. Jika diukur sejak awal tahun, harga batu bara sudah ambruk 52,3%.



Pelemahan harga batu bara ini hanya berselang lima bulan setelah komoditas tersebut mencetak rekor pada 5 September 2022 (US$ 463,75 pr ton). Jika dihitung dari harga rekor tersebut, harga batu bara sudah jeblok nyaris 60%.

Sebelumnya, sepanjang tahun lalu batu bara telah menjadi primadona dan penyelamat ekonomi serta pasar keuangan Indonesia.

Harga komoditas yang melonjak ikut mengangkat harga saham batu bara dan mampu membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menjadi sedikit indeks acuan global yang memberikan return positif.

Tingginya harga komoditas juga ikut membuat sejumlah perusahaan batu bara mencatatkan rekor pendapatan dan laba sepanjang sejarah yang akhirnya ikut meningkatkan penerimaan negara, baik itu dari royalti atau pendapatan pajak.

Melonjaknya harga batu bara juga menjadi salah satu fondasi utama surplusnya neraca perdagangan selama 33 bulan beruntun dan berkontribusi sekitar 15% dari total ekspor Indonesia.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Dua Faktor Ini Beradu Kuat, Harga Batu Bara Mau ke Mana?

(fsd/fsd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Exit mobile version