Eropa Brutal & China Vs AS Memanas: Rupiah Jadi Korbannya!

Jakarta, CNBC Indonesia – Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance, Nawir Messi, memperkirakan, tekanan dolar Amerika Serikat terhadap nilai tukar rupiah akan masih besar pada 2023.

Read More

Anggota Badan Supervisi Bank Indonesia periode 2020-2023 ini menjelaskan, kondisi itu dipicu oleh masih besarnya ketidakpastian pada tahun ini. Terutama disebabkan besarnya rumor konflik Jerman-Perancis.

“Ini berkaitan dengan nilai tukar ke depan ada rumor konflik Jerman – Perancis yang mengancam eksistensi Uni Eropa,” kata Nawir dalam diskusi Catatan Awal Ekonomi Tahun 2023 secara daring, Kamis (5/1/2022).

Besarnya ketidakpastian itu menurutnya juga dipicu oleh semakin kuatnya potensi konflik antara China dengan Taiwan, meskipun Presiden China Xi Jinping sudah mengadakan pertemuan terkait itu dengan Presiden AS Joe Biden saat G20 di Bali.

“Sudah ketemu di G20 tapi potensi China menyerang Taiwan tidak tertutup pada pertengahan atau ujung tahun ini, kalau ini terjadi rumor-rumor ini akan menambah semakin rumitnya perspektif ekonomi global sepanjang tahun ini,” ucap Nawri.

Dengan catatan ini, Nawir memperkirakan, indeks DXY yang menggambarkan kekuatan mata uang dolar AS terhadap mata uang utama dunia masih akan terus menguat. Saat ini diketahui besarannya di level 104,27 atau menguat 0,02% dari pembukaan perdagangan.

“Kecenderungannya mulai melandai tapi relatif tetap kuat sehingga saya kira sepanjang 2023 ke depan nilai tukar harus tetap diwaspadai masih, pekerjaan besar untuk mengelola nilai tukar di sektor moneter,” katanya.

Adapun untuk rupiah sendiri, diperkirakannya juga masih akan terus melemah atau bahkan kembali anjlok. Apalagi, pergerakan rupiah terhadap dolar AS kata Nawir selalu keluar dari target APBN, bahkan hingga penghujung 2022.

Dalam target APBN 2022 nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebesar Rp 14.350, namun realisasinya melemah hingga di level Rp 15.737 sehingga ada selisih secara nominal sebesar Rp 1.387.

“Target nilai tukar rupiah yang dicanangkan pemerintah dalam APBN kelihatannya agak jauh dari target dan ini besar bagi dunia usaha marginnya. 2023 karena kecenderungan global yang tetap mengalami ketidakpastian ini masih akan bergejolak,” tutur Nawir.

Sebagai informasi, Rupiah membuka perdagangan Kamis (5/1/2022) dengan menguat 0,1% melawan dolar Amerika Serikat (AS). Tetapi dalam waktu singkat, penguatan langsung terpangkas.

Pada pukul 9:05 WIB, rupiah ditransaksikan di kisaran Rp 15.585/US$, stagnan dibandingkan penutupan perdagangan Rabu kemarin, berdasarkan data Refinitiv.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Indeks Dolar Masih Perkasa, Rupiah Bisa ke Atas Rp 15.700/USD

(mij/mij)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts